Beberapa Minggu yang lalu, saya dan keluarga kecil mengunjungi sebuah mall di daerah Karawang. Mencicipi menu masakan Jepang-merugame udon & tempura. Menu yang cocok dilahap menggunakan dua alat makan, sumpit dan sendok biasa. Spicy tori rice, dengan toping telur setengah matang kesukaan saya.
Sementara istri dan anak memilih hanya satu menu (lidah tak cocok), chicken curry rice, dengan beberapa buah tempura (gorengan). Penggunaan sumpit ternyata tak cocok untuk makanan yang saya pesan, nasinya terlalu buyar, jadi akan jatuh ketika diambil dengan sumpit. Putri saya tak mau ketinggalan, makan memakai sumpit, tapi sayang, tak satupun makanan yang berhasil masuk ke mulutnya. mulai teriak minta dibantuin.
Saya memang tak pernah mengajarinya memakai sumpit, namun setiap kali makan bakso dan jenis makanan berbentuk mie, tetap saja dia paling ngeyel makan dengan sumpit, memegang dengan dua tangan, kiri dan kanan. Jika di beri tahu baik-baik malah lebih galak, akhirnya, habis waktu setengah jam hanya menunggu dia menyelesaikan makananya. Pernah saya ajari cara memakai sumpit yang benar, malah saya jadi emosi, dia yang balik mengajari saya hahaha....,
Bermula dari cerita di atas, akhirnya saya berniat mengajari bagaimana cara memakai sumpit, walau saya menyadari jari-jari tangannya belum kuat jika harus mengangkat makanan dengan sumpit di tangan. Minggu pagi kemarin, saya ajak dia untuk belajar memakai sumpit. Sebelum itu, saya harus persiapkan alat pendukungnya, sangat simpel dan Anda yang belum bisa memakai sumpit, bisa menirunya.Â
Sediakan sumpit tentunya, media belajar berupa kacang, dan tempatnya. Saya menggunakan kacang ercis untuk praktek, kalau bisa jangan terlalu kecil juga media yang digunakan, karena akan sangat sulit saat mengambilnya nanti dengan ujung sumpit.
"Susah tangannya kalau pegangnya begini," cetusnya sambil terus memukulkan ujung sumpit pada piring. Sesekali saya harus membetulkan cara menjepit sumpitnya karena bergeser dari jarinya. "Semangat nak, nanti kita lomba makan mie kalau kamu sudah pinter memakai sumpit," kata saya memberi semangat heheheh...
Sumpit yang pertama dijepit pada jari jempol, sumpit yang kedua juga sama, tapi bagian ujungnya saja. Kemudian saya ajari untuk mengerakan hanya sumpit yang kedua saja. Pelan-pelan, lama-lama tangan akan terbiasa juga. Setelah terbiasa, barulah praktek pengambilan kacang memekai sumpit bisa dilakukan.
Beberapa kali mecoba, kacang sempat terjepit oleh ujung sumpit, namun jatuh kembali karena pegangan sumpit bergeser. Kacang mulai terjepit dan terangkat ke atas, tapi jatuh kembali ke dalam piring. Nah, dia mulai teriak galau sekaligus bersemangat ketika kacang mulai bisa dijepit dengan ujung sumpit, walaupun beberapa kali terjatuh. Saya terus memberi semangat sambari sesekali membenarkan pegangan sumpitnya.
Repotnya kalau baru bisa mengunakan sumpit, semua makanan diambilnya menggunakan sumpit. Yang tak mungkin menjadi mungkin baginya, mamanya teriak, huft. Ada rasa senang ketika berhasil mengajarinya, tidak begitu penting sih mungkin, tapi setidaknya momen kecil seperti ini akan menjadi kenangan indah untuknya kelak.
Setelah bisa memakai sumpit, tinggal membiasakan agar ia tidak lupa, sesekali memasak menu yang bisa di makan memakai sumpit. Beberapa hal sengaja saya ajarkan, walau tidak sepenuhnya. Seperti belajar bahasa Jepang, walau hanya sekadar pengenalan, memperkenalkan diri, menghitung satu sampai dua puluh, tentunya dilakukan seenjoy mungkin agar ia tidak merasa terpaksa melakukannya.
Dia memang tak suka hal yang terlalu menantang dan cenderung berbahaya. Di usianya yang sudah menginjak 6 tahun, ia belum bisa menaiki sepeda dengan roda dua, padahal temanya yang lebih muda usianya sudah bisa semua. Entahlah, apa saya yang kurang memberinya semangat, atau momennya memang belum tepat. Padahal sudah sering belajar, namun semangatnya kalah jauh di bandingkan rasa takutnya jatuh dari sepeda.
Belajar memakai sumpit mungkin lebih menantang baginya, buktinya sekali latihan langsung bisa. Tak apalah bagi saya, semua orang tua juga ingin anaknya serba bisa, tapi itu juga tak mudah tentunya. Kita harus sabar menghadapinya. Seperti halnya merawat tanaman buah, harus dengan cara yang sabar, menyiram, memupuk agar bisa tumbuh subur dan menghasilkan buah yang baik pula tentunya.
Salam, 2017/11/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H