Apakah Anda termasuk alergi mendengar istilah "kutu loncat?" Tenang, kalau Anda bukan termasuk di dalamnya ya jangan baper. Dalam beberapa istilah, kutu loncat dapat di artikan "orang yang menggantungkan hidupnya dengan menumpang dari satu orang ke orang lain".Â
Sejak dulu sampai saat ini, istilah kutu loncat identik dengan seorang karyawan yang pada perjalanan karirnya selalu berpindah-pindah dalam kurun waktu "kurang" dari 2 sampai 3 tahun.
Istilah kutu loncat seolah buruk di dunia kerja, padahal jika kita mau sedikit saja memahami alasan mereka yang keluar masuk perusahaan, tentu akan lain ceritanya. Banyak orang bilang, kutu loncat hobby yang menantang, loh ko jadi hobby sih?Â
Soalnya memang ada orang yang hanya bertahan kerja kurang dari 2 tahun, tapi mereka punya alasan tersendiri. Buat perusahaan rugi tidak sih memelihara karyawan dengan tipe tersebut? Bisa iya, bisa juga tidak sama sekali.
Karyawan dengan julukan kutu loncat biasanya orang yang cerdas loh,Hhal ini berdasarkan pengalaman saya pernah berinteraksi dengan mereka. Dengan dalih mempunyai target yang ingin dicapai, bila saya perhatikan memang terlampau tinggi, sehingga jika terlihat tak memungkinkan, maka, hengkang adalah pilihan terbaik buat mereka. Biasanya sih kita yang heboh, toh orang seperti itu merasa enjoy dengan keadaan serta label yang tersemat pada mereka.
Bukan hanya hidup yang mempunyai pilihan, kerja juga mempunyai peranan yang sama. Tiap orang mempunyai visi dan misi berbeda ketika bekerja di sebuah perusahaan, dan buktinya banyak juga loh perusahaan yang memakai tipe pekerja seperti itu.Â
Mungkin perusahaan juga mempunyai tujuan berbeda jika terpaksa harus menerima si karyawan kutu loncat tersebut. Ya, kalau soal pengalaman, tidak usah diragukan lagi.
Saya pribadi tidak pernah mempermasalahkan soal tipe karyawan kutu loncat, malah terkadang ikut terinspirasi dengan keberanian mereka menentukan target yang tinggi dalam karirnya.Â
Mereka berani dengan cepat memutuskan keluar dari zona nyaman sekali pun. Tapi terkadang semangat dan optimisme membuat mereka lupa, ada keluarga yang menjadi tanggung jawab, namun bisa jadi keluarga lah yang memotivasi agar segera mendapatkan pekerjaan yang lebih mapan.
Walau memang ada tipe pekerja yang suka pindah-pindah kerja, yang hanya mencari gaji yang tinggi saja. Mereka tidak memikirkan bagaimana kondisi perusahaan, cenderung abai akan tanggung jawab.
Bayangkan jika yang bersangkutan sedang mengerjakan suatu project besar, karena ada tawaran dari perusahaan lain yang menawarkan gaji lebih besar, dengan seenaknya langsung resign. Tentu karyawan seperti ini yang di benci oleh perusahaan, type pekerja tersebut di manapun bekerja akan melakukan hal yang sama, karena semua hal diukur dari materi semata.