Rokok, barang tersebut masih saja dan akan selalu menghasilkan perbincangan dan perdebatan yang sangat panjang tetapi juga menarik untuk selalu diulas. Beberapa waktu yang lalu, salah satu Kompasianer telah memaparkan bagaimana efek bagi seorang perokok walaupun sudah berhenti dari kebiasaan tsb, namun pengaruh ke gen bisa bertahan 5 sampai 30 tahun lamanya. Saya merinding saat membacanya, mudah-mudahan bagi para perokok yang membacanya bisa langsung mendapat hidayah untuk segera berhenti dari kebiasaan tsb.
Merebaknya isu kenaikan harga rokok beberapa waktu yang lalu yang sempat menyita perhatian masyarakat, Kini isu tsb hilang seiring dengan banyaknya perdebatan di kalangan masyarakat kita. Berbagai upaya sedang dilakukan oleh pemerintah untuk menekan angka perokok, yang mana tiap tahunya mengalami kenaikan. Kendati sudah dilakukan beberapa upaya dengan mengharuskan bungkus rokok di beri gambar yang menyeramkan, akan tetapi tetap saja angka perokok di negara kita belum mengalami penurunan.
Bukan hanya negara Indonesia saja yang sedang melakukan langkah untuk mengurangi jumlah perokoknya, negara Jepang malah sudah beberapa tahun yang lalu telah melakukannya. Dan uniknya baru-baru ini ada salah satu perusahaan Jepang yang membuat tempat untuk merokok, namun tujuan dibuatnya  tempat tsb bukan untuk memanjakan penggunanya, melainkan untuk mengurangi aktivitas merokok dan diharapkan nantinya dapat berhenti dari kebiasaan merokoknya.
Perusahaan pembuatnya adalah Hishinetsu, berada di daerah Tokyo, Jepang. Mereka menjual Box untuk merokok yang hanya muat tidak lebih dari satu orang saja. Box untuk merokok tersebut lebih mirip dengan telepon umum, jadi sangat gampang untuk di rakit . Box tersebut juga dilengkapi dengan Fan yang bekerja sebagai penghisap asap rokok dan juga filter untuk mengurai asap rokok pada bagian atasnya.
Box untuk merokok tsb di harapkan dapat mengurangi keinginkan seseorang untuk merokok, bagi siapa saja yang menggunakannya. Jika dilihat dari ukurannya lebih cocok ditempatkan dikantor yang berada di gedung bertingkat. Karena Selain hemat waktu, design kotak yang dibuat transparan di harapkan dapat membuat orang canggung saat merokok dan akhirnya mengurangi frekuensi merokoknya. (Sumber disini)
Di negara Jepang, selain rokok yang dijual pada vending mesin, mereka juga menggunakan taspo untuk menekan angka perokok di bawah umur. Beda jepang beda juga di negara kita, di sini kita belum ada aturan yang dapat menjadi acuan untuk melarang penjualan rokok untuk anak yang masih dibawah umur. Namun, bagaimanapun juga pemerintah pasti lebih aware, dan semoga segera mencari jalan keluar secepatnya untuk menanggulangi masalah klasik tsb.
Bercerita tentang mahalnya rokok di negara jepang, saya mempunyai cerita yang  mungkin menarik namun bukan untuk di tiru tentunya namun ada ending yang membuat saya dan boss ditempat kerja akhirnya memutuskan untuk berhenti merokok. Sekitar tahun 2013, saya, boss dan beberapa rekan kerja ada training pekerjaan dari perusahaan yang dilakukan di negeri sakura. Saya dan boss termasuk perokok dan bawaaan wajib bagi perokok ya membawa sebanyak mungkin, selama masih dalam batas yang di perbolehkan.
Waktu itu saya hanya membawa tak lebih dari satu slop rokok, selain bukan perokok aktif alasannya. Saat itu saya tidak bertanya berapa rokok yang dibawa oleh bos saya, dan kami-pun tiba di tempat tujuan. Sambil ngobrol dan Unpacking barang bawaaan, saya kaget karena boss saya tsb membawa banyak persediaan rokok. Padahal dalam regulasinya, maksimal yang boleh di bawa yaitu 250 batang (CMIIW). Total yang di bawa saat itu kalau tidak salah lebih dari 6 slop, jadi sekitar 960 batang (1 slop isi 10 pack). Ternyata dari sekian slop yang dibawa, beberapa di titipkan ke rekan kerja saya hehehe...., cerdas boss saya,  tapi jangan ditiru yah.
Berhubung saat itu sedang musim dingin, aktivitas merokok juga meningkat dengan sugesti untuk menghalau udara dingin yang menusuk kulit. Rokok yang saya bawa hanya bertahan 1.5 bulan, dan selebihnya saya membeli rokok negara sana. Soal harga rokok sudah jelas mahal, bukan dilihat dari mata uang, namun warga di sana juga menyatakan hal yang samal. Untuk medapatkanya saya harus membelinya ke Mini market yang lumayan agak jauh, mengalahkan rasa dingin karena tidak mempunyai kartu Taspo.
Ternyata dari beberapa teman lama saya (warga jepang) dampak dari kenaikan harga rokok cukup berpengaruh signifikan. Selain kampanye tentang bahaya rokok, pemerintah jepang juga melakukan sejumlah kebijakan. Tempat publik seperti bandara, station kereta, sudah sulit ditemukan tempat untuk merokok. Dulu saat masih tinggal di sana terakhir sekitar tahun 2007, kita masih dapat menemukan tempat duduk di station kereta di lengkapi dengan asbak rokok. Namun pemandangan sekarang akan sangat berbeda jauh, sangat susah menemukan tempat untuk merokok.