Mohon tunggu...
Sigit
Sigit Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mimpi-mimpi yang menjadi kenyataan

Dibalik kesuksesan seorang anak ada doa ibu yang selalu menyertainya, kasih sayangnya takan pernah luntur, dan takan tergantikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ini Salah Satu Alasan Saya Resign dari Tempat Kerja

1 September 2016   00:11 Diperbarui: 1 September 2016   07:50 2413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image|blog.alertaemprego.pt

Pernah menghadapi situasi yang tidak menyenangkan ditempat kerja, senior ditempat kerja bersikap arogan terhadap Anda? Tunggu dulu, mungkin Anda baper, sehingga merasa senior tidak memperdulikan junior. Hubungan antara senior dan junior memang tak bisa dipisahkan di dalam dunia kerja, begitu juga dalam dunia pendidikan. 

Sudah semestinya senior di dalam perusahaan dapat membantu para junior yang baru bergabung. Saya pernah merasakan didikan serta bimbingan dari para senior di tempat kerja. Memang tidak semua senior mau berbagi ilmu kepada juniornya, apalagi kita tergolong orang baru di dalam perusahaan.

Senior itu bukan untuk ditakuti, tetapi mereka akan lebih senang jika kita lebih aktif dalam segala hal. Misalkan ada pekerjaan yang tidak kita mengerti, kita bisa meminta arahan dan bantuan dari para senior dengan cara yang tidak berlebihan. Ini tentunya akan membuat senior kita merasa dihargai, minimal ada kesan baik yang dilakukan.

Tak perlu canggung saat kita bersama mereka, bagaimanapun juga kita sudah masuk dalam lingkungan kerja mereka. Akan ada keterikatan, saat kita butuh mereka dan kebalikannya. Kenali juga watak dan kebiasaan masing-masing dari mereka, ini akan memudahkan kita dalam menjalin komunikasi dengan bukan hanya dalam pekerjaan tapi semua hal.

Tapi bagaimana jika senior ditempat kita bekerja berubah sikap, karena suatu hal yang tidak dikehendaki terjadil. Sudah menjadi watak manusia, terkadang butuh waktu lama untuk menerima suatu kenyataan. 

Saya akan membagikan sedikit cerita, bagaimana para senior ditempat kerja pertama saya dulu yang banyak berperan dalam membimbing saya ketika masih berstatus karyawan baru. Mereka banyak berjasa buat saya pribadi, tanpa mereka mungkin saya belum jadi apa-apa sampai sekarang selain pendidikan yang saya dapatkan dari pendidikan formal. Sudah bertahun-tahun mereka bekerja, dan sudah banyak tentunya pengalaman yang telah mereka miliki.

Berbekal  sertfikat dan sedikit skill yang saya dapatkan dari perusahaan tempat magang, saya diterima disebuah perusahaan otomotif roda dua. Masuk ke bagian divisi yang selalu saya impikan sejak dulu, bagian engineering. Pertama kali bergabung, terus terang saya tidak banyak mempunyai basic tentang pekerjaan yang diberikan. 

Semua hal pekerjaan yang berhubungan dengan komputer saya pelajari dengan cara otodidak. Maklum punya laptop juga hanya buat nonton film dan main game pada saat itu. Untuk belajar dari internet saja masih susah. Beda dengan sekarang, koneksi internet cepat dan untuk belajar juga semakin mudah.

Sadar masih banyak kekurangan, saya selalu aktif bertanya dan bertanya. Tiada hari tanpa pertanyaan dalam kepala, biarlah saat ini menyusahkan tapi nanti akan lebih mudah ‘pikirku’. Bertanya adalah cara saya agar banyak mendapatkan pengetahuan, rasa malu pasti ada tapi semua saya simpan rapat-rapat. Ada hal yang terpenting, bagaimana saya bisa sama levelnya dengan mereka. Untuk menunjang pekerjaan, saya memutuskan untuk kerja sambil kuliah. Semua saya lakukan tanpa sepengetahuan atasan, karena khawatir akan banyak pertanyaan.

Semua saya jalani degan senang dan ikhlas, walau gaji tak seberapa pada saat itu. Saya hanya berpikir untuk belajar sebanyak-banyaknya agar tidak menyusahkan orang lain. Bermacam training untuk mendukung pekerjaan saya ikuti, semua mengalir dengan begitu saja. Akhirnya setelah sekian lama, saya bisa menyamakan level dengan para senior ditempat kerja bahkan bisa lebih.

Pekerjaan serasa lebih mudah, ini rupanya yang dinamakan ‘bersakit dahulu senang kemudian’. Beberapa projek yang ada selalu saya selesaikan dengan baik, semua tidak lepas dari kerja tim. 

Semua saya rangkul, tak membedakan divisi, keuntunganya akan memudahkan saya dalam hal pekerjaan. Senior tidak pernah lepas dari keberhasilan, dari merekalah saya belajar banyak dan selalu member masukan banyak hal tentang pekerjaan.

Namun sayang, tak semua prestasi dan keberhasilan yang kita dapatkan dapat mereka terima. Mungkin saja ada kekhawatiran dari diri mereka para senior, langkah yang saya lakukan dapat menghambat karir mereka. 

Dari situ saya mulai mencium ada hal-hal yang mereka sembuyikan. Mulai ada jarak yang dibangun, walaupun saya sendiri tak pernah membuatnya. Saya hanya melakukan pekerjaan sebaik mungkin, dan tetap menjalin hubungan baik dengan para senior ditempat kerja.

Setelah beberapa tahun bekerja dalam satu tim, ada banyak hal yang membuat para senior saya ini mentok dalam karirnya. Etos dan semangat kerja yang mereka terapkan ternyata tak sebesar yang saya bayangkan. Mungkin bisa dibilang bekerja sesuai gaji yang diterima, jadi tak heran jika sampai saat itu posisi mereka hanya sebagai staff.

Bukan tidak mengakui apa yang mereka sudah berikan kepada perusahaan, akan tetapi pola kerja seperti itu tidak akan dapat memajukan kondisi perusahaan terutama dalam pekerjaannya. 

Saya terjebak dalam situasi yang tidak mendukung, lingkungan yang bisa membuat saya juga hilang semangat dalam bekerja. Pada akhirnya timbul keinginan saya untuk pindah kerja, tetapi karena kuliah saya belum selesai, niat tersebut saya urungkan walau sempat melakukan interview di beberapa perusahaan.

 

Image|quickanddirtytips
Image|quickanddirtytips
Di dalam kegalauan yang melanda saat itu, ada kabar baik yang justru buruk bagi saya. Perusahaan memberi promosi saya untuk mengisi jabatan yang cukup strategis karena ada rotasi yang dilakukan oleh perusahaan. 

Ini menjadi kabar buruk bagi saya, apa respon para senior saya nanti, segala macam pertanyaan timbul dan membuat saya serba salah. Saya sudah mencoba melakukan diskusi ke atasan saya, dampak yang akan saya terima jika promosi tsb dilakukan. Saya berargumentasi, masih banyak yang lebih layak dan pantas dibanding saya yang bisa dikatakan masih labil di usia tiga puluhan. 

Keputusan management perusahaan tidak bisa diganggu gugat, dengan niat dan semangat saya mencoba menjalaninya. Satu tahun berlalu saya dapat menjalankan pekerjaan dengan lancar, namun komunikasi dan hubungan kerja dengan para senior makin tidak harmonis. 

Saya tidak pernah menyalahkan mereka, dan saya juga tidak ingin ada di posisi yang sangat tidak mengenakan pada saat itu. Introspeksi diri selalu saya lakukan, menjaga hubungan baik antara sesama karyawan juga tidak pernah ada masalah.

Tak lama, ada seorang senior saya memutuskan untuk resign. Dia yang selama ini banyak membantu, walaupun memang saya akui semangat kerjanya tidak stabil. Rasa bersalah menghingapi dalam diri saya, menyesalkan atas semua yang terjadi. 

Terkadang saking seganya saya untuk meminta tolong menyelesaikan suatu pekerjaan, mengingat orang yang saya mintai sudah sepuh, saya mengirim e-mail atau menulis beberapa memo di atas laptop sebagai pesan. Tidak sopan sebenarnya, tapi saya lebih segan kalau harus langsung meminta tolong untuk mengerjakannya. Memang tidak semua cara penyampaiannya dilakukan dengan cara demikian.

Saya merasa terjebak dalam ketidakberdayaan, walaupun banyak yang memberi support agar tetap semangat dalam menghadapi situasi yang seperti itu. Dunia kerja otomotif memang terkadang keras, beberapa kondisi pekerjaan memang harus mempunyai perlakuan berbeda agar tidak ada hambatan dalam proses dilapangan. 

Banyak cara yang sudah saya lakukan, berbagai pendekatan juga telah diterapkan. Tapi inilah permasalahan yang rumit, bagaimana senior harus diatur oleh juniornya yang dulu dibimbing dan diarahkan untuk bisa mengenal dan bekerja dengan baik.

Di situlah terkadang saya menyalahkan diri saya sendiri, coba saja jabatan yang di amanah-kan tidak saya ambil pasti keadaannya tidak seperti ini. Mungkin mereka kecewa dan hilang semangat, tapi jujur saya tidak menghendaki jabatan tsb. 

Sangat tidak baik membiarkan iklim kerja seperti itu, akan ada dampak yang terjadi tentunya. Ada niatan saya untuk pindah saja, daripada harus bekerja di lingkungan yang tidak bisa menerima kenyataan.

Sampai akhirnya, saya benar-benar yakin memutuskan untuk resign dari pekerjaan. Dan alhamdulilah kuliah saya saat itu juga sudah hampir kelar, saya coba mengirimkan currilucum vitae ke beberapa konsultan kerja. 

Tak butuh waktu lama menunggu, saya diterima kerja disebuah perusahaan yang sangat tergolong baru. Ada rasa gembira, namun juga sedih mengapa di kondisi seperti ini saya harus meninggalkan perusahaan dan orang-orang yang sangat saya cintai.

Saya hanya berharap kondisi perusahaan bisa kembali seperti dulu, mungkin juga saat-saat itu tidak akan pernah kembali. Tekad sudah bulat, hanya itu jalan satu-satunya untuk bisa keluar dari kondisi yang tidak mengenakan untuk bekerja. Mungkin saja di luar sana saya bisa lebih mengembangkan apa yang saya miliki.

Surat resign beberapa kali gagal saya berikan kepada atasan, maklum saja selama bekerja diperusahaan, saya mempunyai tiga orang atasan, satu seorang manager lokal dan 2 orang expatriat. Terkadang pekerjaan datang silih berganti, sehingga harus pintar-pintar memanage waktu yang ada.

Sungguh dengan berat hati akhirnya saya serahkan juga surat pengunduran diri berbekal alasan klasik. Para atasan menyayangkan keputusan yang saya ambil, karena hanya butuh beberapa langkah lagi saya bisa berada diposisi yang diimpikan banyak orang. Dan sayang keputusan sudah final dan tidak akan saya rubah lagi.

Mungkin keputusan yang saya ambil menurut orang lain salah, tapi inilah keputusan yang menurut saya sudah tepat. Alasan yang sesunguhnya tidak pernah saya utarakan kepada siapapun yang pada akhirnya banyak yang menyayangkan keputusan tsb. 

Jasa para senior saya mungkin tak sebanding dengan keputusan yang saya ambil. Sudah cukup seorang senior saja yang resign gegara saya. Mudah-mudahan dengan resignya saya dari perusahaan, jalinan silahturahmi diluar pekerjaan dapat kembali membaik. 

Salam hangat

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun