Hampir semua orang pasti pernah merasakan atau mengalami bagaimana rasanya ketika sudah menunggu untuk menaiki pesawat, tiba-tiba ada pengumuman dari maskapai terkait bahwa ada masalah bla bla bla jadi penerbangan di nyatakan delay sampai ada pengumuman lebih lanjut. Bagi para penumpang menggunakan transportasi udara adalah pilihan yang sangat bijak, dimana waktu dapat ditekan menjadi lebih singkat. Tapi akan lain cerita jika pesawat yang akan di tumpangi malah mengalami delay karena sebab yang tidak jelas. Alasan yang diberikan maskapai hanya mengumumkan ada masalah teknis atau keterlambatan waktu penerbangan, kalau sudah begitu semua penumpang diwajibkan Legowo, suka tidak suka ya harus suka. 'Pilih selamat atau delay' pilihan yang tidak perlu ditanyakan ke para penumpang tentunya, Kalau delaynya masih di bandara sudah sering terjadi dan lebih aman tapi bagaimana jika delay pesawat terjadi saat pesawat akan landing?
Siapa saja pasti ingin buru-buru pesawat yang ditumpanginya turun mendarat dengan selamat, Kan memang sudah waktunya landing. Gegara ada masalah di bandara pesawat jadi gagal mendarat dan harus muter-muter hingga lebih dari 30 menit. Itulah yang saya alami saat penerbangan dari Jakarta menuju Surabaya di bandara Juanda, jam boarding dipercepat, saya sampai harus lari-lari bawa koper supaya nggak di tinggal, eh malah molornya diatas. Kalau di kasih gratis terbang muter-muter juga saya nggak mau. Sudah berfikir positif tapi tetap saja ada rasa panik yang menyelimuti saat pesawat tak kunjung mendarat, hanya berputar-putar di udara walaupun akhirnya mendarat juga dengan selamat. Kalau dikasih pilihan pilih Delay di darat atau di Udara ya saya pilih delay pesawat di darat. kalau mau jujur ya nggak ada yang pengen ada delay tapi keselamatan adalah hal yang paling utama, jadi tinggal pilih sendiri.
Pembobolan Koper di Bandara
Ternyata kasus terbongkarnya sindikat pencongkel koper penumpang pesawat yang sedang transit tidak menciutkan nyali para kawanan penjahat tsb, kemarin setelah saya mengambil bagasi di area kedatangan mendapatkan seorang bapak yang kopernya dalam keadaan terbongkar. Saya lihat gembok yang digunakan untuk mengunci koper sudah berantakan tak Karuan berserakan dilantai. Petugas yang disitu cuma bisa menenangkan agar mengecheck terlebih dahulu kondisi dalam koper apakah ada yang hilang atau tidak dan akan ditindak lanjuti masalahnya.
Kalaupun di dalam koper tsb tidak ada barang yang hilang, apakah tidak ada tindakan yang dilakukan oleh petugas, tapi sepertinya kejadian seperti ini sudah menjadi hal yang lumrah. Jadi sebenarnya penempatan barang-barang di dalam koper sudah seperti penitipan kendaraan ditempat parkir, segala kerusakan atau kehilangan tidak menjadi tanggung jawab pengelola parkir. Nah pihak bandara atau maskapai agaknya malu-malu kucing untuk menerbitkan aturan tsb. Dari pada terus berulang kejadian yang sama, hanya menerima pengaduan dan tidak tau kapan penindakan dilakukan. Sebaiknya maskapai menerbitkan aturan baru yang isinya bisa meniru ketentuan parkir kendaraan umum.
Pihak bandara kelihatan kewalahan dalam memberantas para sindikat pembobol koper tsb, ini bisa dilihat dari banyaknya kejadian yang sudah terjadi sejak beberapa tahun yang lalu dan baru terungkap beberapa bulan belakangan, itupun kroconya saja yang berhasil di tangkap. Seberapa besar sih bandara di negara kita, masa menangkap penjahat di Area Bandara saja sangat sulit, bagaimana dengan gerombolan penjahat yang bersembunyi dihutan? Apa perlu study keluar negeri hanya untuk membekuk kawanan pembobol koper tsb, harusnya pengelola bandara malu dan segera melakukan penertiban setelah ada kejadian.
Wrapping KoperÂ
Sebaiknya pihak bandara menjadikan Wrapping koper untuk para penumpang menjadi hal yang wajib dilakukan. Selain untuk keamanan koper, sekaligus menjawab banyaknya kasus pembobolan koper milik para penumpang. Setidaknya para komplotan pembobol dibuat agar berpikir dua kali karena butuh waktu untuk membobol koper terutama untuk penumpang yang transit.
Fasilitas Wrapping sudah ada di seluruh bandara domestik di Indonesia, jadi hanya dibutuhkan sosialisasi ke seluruh maskapai penerbangan yang menyediakan tiket penerbangan. Terus kalau penerbangan internasional bagaimana? Ini yang agak rumit, akan ada kesan bandara internasional di Indonesia tidak aman. Tapi memang kenyataannya begitu, dan mungkin para turis yang datang ke Indonesia juga banyak yang menjadi korban. Kemudian kalau bisa tidak ada biaya lagi yang dibebankan kepada para penumpang. Untuk saat ini biaya wrapping agak memberatkan, sehingga penumpang enggan untuk melakukan wrapping untuk koper yang ditempatkan di bagasi. Harga wrapping untuk koper ukuran kecil atau besar berkisar Rp.20.000 sampai 30.000 ribu rupiah.
Begitulah ragam cerita yang mewarnai penerbangan dari Jakarta menuju Surabaya untuk liburan akhir tahun di Banyuwangi Jawa timur, terkadang planing yang sudah dibuat tidak semua bisa terlaksana dengan baik, masalah yang tak pernah terpikir di kepala muncul tiba-tiba. Tapi Alhamdulilah liburan berjalan dengan lancar, tiba dengan selamat dan bisa menikmati wisata dan Kuliner yang ada di Banyuwangi. Mudah-mudahan kedepan, Dunia penerbangan khususnya di Indonesia bisa lebih baik lagi, impian menaiki transportasi yang aman dan nyaman sudah sangat dirindukan oleh masyarakat Indonesia. Dipenghujung tahun 2015 ini, dan sebentar lagi kita memasuki tahun baru di 2016. 'Semoga' tahun depan kita bisa menjadi pribadi yang baik, makin sukses tentunya dalam karir. resolusi di tahun kemarin yang belum tercapai bisa diperbaiki dan di kejar lagi agar tercapai di tahun 2016.
Â