Hampir seluruh media saat ini, termasuk di Kompasiana, menjadi headline. korban sudah berjatuhan, penanggulangan sudah dilakukan sampai saat ini. itu artinya pemerintah tidak tidur dan tinggal diam, melihat rakyatnya sedang terkena bencana kabut asap. bukan hanya dari para sahabat kompasianer, tapi juga dari kerabat saya sendiri sekarang sedang bergelut dan berjuang melawan asap, siapa lagi kalau bukan mereka yang berjuang selain bantuan dari pemerintah. saya bisa membayangkan bagaimana sulitnya mereka saat ini, himpitan ekonomi saja sudah membuat mereka megap-megap, ditambah dengan adanya bencana asap saat ini.Â
sungguh, saya sangat bisa membayangkan, bagaimana saudara-saudara kita sedang berjuang menghalau api dan kabut asap supaya segera mereda. dulu ketika setiap tahun rumah saya terendam banjir, akibat meluapnya kali di dekat perumahan, karena banyaknya sampah yang menyumbat aliran kali, saya murka sekali dengan kelakukan orang-orang yang membuang sampah sembarangan. malah pernah ada hal lebih konyol terjadi, saat itu saya bersama warga membersihkan aliran got dari sampah yang menyumbat, kemudian membersihkan sampah yang menumpuk akibat banjir dan akibat sampah menumpuk tadi, orang-orang menjadikan tempat tsb sebagai lokasi pembuangan sampah rumah tangga. nah pada waktu membersihkan sampah, kemudian membakarnya. datanglah seorang ibu yang mengendarai kendaraan bermotor mendekati kami yang sedang bekerja, tak jauh dari saya, si ibu berbicara ke salah satu warga, saya masih bisa mendengar ucapanya, "Maaf Pak", sambil mengeluarkan sekantung sampah dan melemparkan di depan salah seorang warga yang sedang membersihkan sampah disitu, kemudian berlalu pergi begitu saja.Â
Tidak ada rasa malu dan merasa bersalah, bahkan setelah melakukan kesalahan secara terang-terangan. itulah prilaku buruk yang sering terjadi di sekitar kita, juga sedang terjadi di negara kita, membuka lahan dengan cara membakar hutan dan menjadikanya lahan. saat ini, tentunya bukan waktu yang tepat untuk saling menyalahkan. tepat satu tahun kepemimpinan Pak Jokowi, beliau dengan kabinet kerjanya, menurut saya sudah melakukan upaya yang kongkrit, untuk menanggulangi permasalahan kabut asap akibat pembakaran lahan dan hutan. jikapun hasilnya belum kelihatan, setidaknya kita bisa membantu, tidak hanya lewat materi, tapi juga bisa lewat doa. kalau mengkritik silahkan saja, sudut pandang orang bermacam-macam dan itu harus kita hargai. tetapi, apakah hanya dengan kritik masalah yang sedang terjadi bisa terselesaikan?, silahkan jawab sendiri.
Menyalahkan pemerintahan yang dulu, saya rasa sangat tidak bijak, juga dan tidak tepat dilakukan untuk saat ini, di tengah sebagian rakyat yang sedang kesusahan udara bersih dan air bersih akibat pembakaran hutan dan El Nino. tapi mbok ya pemerintahan yang dulu jangan suka koar-koar seenak udele dewe, bicara kalau pemerintahan sekarang gagal dan terlambat. memang jika kita lihat awal terjadi pembakaran lahan gambut, penanggananya terkesan lambat, yang lambat pemerintah pusat, daerah atau aparat di sana yang tinggal diam, melihat aksi pembakaran dilakukan di depan mata.
Sekarang semuanya sudah terjadi, "Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali", pepatah yang seharusnya "Jangan telambat, sebelum semuanya terjadi". mencegah lebih baik dari mengobati, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki kekurangan yang ada. ini adalah momen yang tepat bagi pemerintah sekarang melakukan Review kembali, tentang Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2014, tentang kebijakan perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut, sehingga diharafkan kejadian seperti ini tidak akan terulang kembali ditahun-tahun berikutnya. kini pemerintah sedang fokus dalam pemadaman api, gagasan demi gagasan dan ide cemerlang juga sudah keluarkan dan dilakukan. tetapi faktanya lebih banyak kritikan dari pada gagasan yang baik agar masalah bencana ini bisa segera diatasi.
Dagelan bersambung, yang selalu dipertontonkan oleh elit politik kita, semangkin membuat hati ini pedih. apalagi korupsi yang semangkin meraja lela, kondisi ekonomi yang melemah dan bencana asap yang tak kunjung selesai, masih saja mereka "Para Pejabat", melakukan korupsi terang-terangan. mereka lebih cinta dollar dari pada rakyatnya sendiri, mereka lebih perduli perut pribadi dari pada rakyat yang hidupnya masih sangat memprihatinkan. mungkin lebih baik para koruptor itu dibunuh pelan-pelan saja, terlalu nikmat kalau dipenjara seumur hidup tapi masih bisa keluyuran ke sana-sini.
Saudaraku yang sedang sesak nafas, dan berjuang melawan kabut asap, segala upaya sedang dilakukan oleh pemerintah, walaupun belum membuahkan hasil, mungkin jalan satu-satunya yang kalian tempuh adalah bertahan, tapi saya yakin kalian bertahan bukan untuk mati sia-sia karena menghirup pekatnya asap. tapi kalian bertahan agar pemerintah dan pejabat kita sadar, bahwa kalian sedang berada di tengah-tengah kepungan asap dan menunggu uluran tangan dan aksi nyata pemerintah dalam menanggulangi bencana yang sedang terjadi. sudah banyak korban berjatuhan tapi sepertinya pemerintah dan para pejabat hanya saling menunggu, dan akhirnya masyarakat dibuat geram. sepertinya pemerintah memang menunggu masyarakat menggalang dana untuk membantu saudaranya di sana, oh benar saja!, kenyataanya memang begitu.
Semoga saudara kita di sana bisa bertahan, terus diberikan kesehatan, para pejuang yang melawan api diberikan kesehatan dan perlindungan. yang belum bisa membantu dengan materi bisa dengan memanjatkan doa, agar musibah ini segera berakhir. mereka, anak-anak bisa bermain bebas dan kembali ke sekolah, para petani bisa kembali bertani disawah, para pekerja kembali ke kantor dan pemerintah melakukan penindakan serta mengkaji ulang peraturan tentang lahan gambut, agar masalah ini tidak berulang setiap tahunya.
Menyelesaikan permasalahan tentunya tidak akan semudah membalik telapak tangan. sekali lagi, mari yang belum bisa membantu saudara kita dengan materi, bantu mereka dengan Doa, mudah-mudahan Doa kita di kabulkan oleh yang maha kuasa, karena apa yang terjadi saat ini, tidak lain adalah cobaan yang ditimpahkanya kepada kita.
Â
SalamÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H