Kemampuan seseorang untuk tangguh bertahan dan tidak menyerah pada keadaan-keadaan yang sulit dalam dinamika kerja, serta berusaha untuk belajar dan beradaptasi dengan keadaan tersebut dan kemudian bangkit dari keadaan tersebut dan menjadi lebih baik, inilah yang dinamakan resilience.
Tidak mudah memang untuk menerapkannya dalam dinamika kerja di lapangan, apalagi bila ketika kita dalam kondisi terpuruk, banyak tekanan kerja, bahkan tekanan batin. Namun demikian, itulah tantangan dinamika kerja yang mesti ditaklukan.
Kalau tidak, maka akan semakin terpuruklah kita kedalam kegagalan dan kegagalan karena meratapi bermacam hal yang membuat kita terpuruk tersebut. Bahkan berdampak pada kekuatan mental kita.
Resilience juga disebut sebagai Ketangguhan dan ketahanan dalam beradaptasi dan berupaya untuk mengatasi masalah keseluruhan yang sedang dihadapi. Ketangguhan tersebut antara lain adalah ketangguhan psikologis, emosional, fisik, dan sosial.
Oleh karenanya, ketangguhan dan ketahanan yang dimaksudkan ini sangatlah penting dalam mendukung daya juang kita dalam menghadapi tantangan dinamika kerja kita di lapangan.
Lantas, apa sajakah cara yang bisa diterapkan untuk menumbuh kembangkan resilience ini dalam dinamika kerja?
1. Jangan menolak ketika kita diamanahkan tugas baru dengan alasan sulit dan belum pernah mengerjakan.
Ya, menghindari tugas baru atau tugas di luar job desc misalnya, hanya akan mendidik mental kita jadi mental "tempe" alias "cemen". Belum dikerjakan dan dicoba sudah menyerah kalah duluan, belum dilaksanakan sudah bilang sulit, padahal belum tentu seperti itu, tentu saja ini tidak bijak dan hanya akan semakin melemahkan mental saja.
Alangkah baiknya, kalau kita dapat tugas baru meskipun belum pernah kita tahu lebih baik diterima dahulu, lantas setelahnya kita memohon arahan dan bimbingan agar bisa dan terbiasa mengerjakan tugas baru yang diamanahkan tersebut.