Enggak dipungkiri adanya perlakuan anak emas dalam dinamika kerja kantor memang kerap berlaku. Bahkan dapat prospektif untuk menguntungkan karier.
Bisa jadi kamu dapat berbagai privilege dalam project penting misalnya, mentoring dan training yang eksklusif misalnya, sampai peluang untuk dipromosikan.
Namun sebenarnya, dibalik prospek yang menguntungkan ketika dapat perlakuan jadi anak emas ini, terdapat dampak konsekuensi yang harus ditanggung.
Apa saja dampak konsekuensi tersebut?
Pertama, jadi anak emas bos itu bisa tidak disukai oleh rekan kerja.
Ya, ketika ada perbedaan perlakuan apalagi ada yang di-anak emas-kan oleh bos, sehingga dapat privilege dari bos, maka dampaknya adalah adanya sikap dislike dari rekan kerja, bahkan bisa dicap jadi penjilat demi jadi anak emas bos.
Kalau sudah begini, rekan kerja banyak yang kecewa karena merasa diperlakukan enggak adil oleh bos, merasa di-anak tiri-kan oleh bos.
Kemudian yang jadi efeknya juga adalah, si anak emas digosipin bahkan dicuekin oleh rekan kerja lainnya akibat dapat privilege jadi anak emas bos.
Kedua, jadi anak emas bos itu memiliki beban ekspektasi yang terlampau tinggi dari bos.
Mendapat privilege jadi anak emas kepercayaan bos memang melegakan dan menyenangkan, tapi harus siap juga dengan konsekuensi ekspektasi yang tinggi dari bos.
Memang sih, jadi anak emas bos akan dapat banyak project menguntungkan dari bos, tapi impact-nya adalah tuntutan yang diluar kapasitas, karena diekspektasi selalu berhasil dari bos.
Kalau sudah begini, maka dapat mengakibatkan gangguan kesehatan mental akibat stres dan burn out. Hingga akhirnya kualitas kerja jadi merosot.
Ketiga, jadi individualistis dan anti kritik.