Nah, saya contohkan adik saya yang enggak menganut sistem kalau enggak utang bank enggak punya apa-apa, eh ternyata bisa juga dia punya rumah, mobil, tanah, dan kebutuhan lainnya, ini dia dengan sabar menerapkan menabung, punya juga tuh.
Malah kehidupannya lebih di atas saya, padahal kalau dihitung-hitung besaran penghasilan kurang lebih sama. Tapi adik saya bisa di kelas atas.
Nah loh, ternyata apa yang saya terapkan membuat saya terperangkap ke dalam kelas menengah.Â
Ternyata pola kalau enggak utang bank enggak punya apa-apa ini enggak bener.
Waduh, kira-kira gimana nih dengan anda?
Sepakat enggak, kalau pola yang kita terapkan kalau enggak utang bank enggak punya apa-apa itulah sebenarnya enggak bener dan yang malah membuat kita terjebak di kelas menengah?
Kitanya saja yang kurang sabar karena pengen instan punya barang yang ingin kita beli dengan uang pinjaman bank, coba kita sabar dengan menabung sebenarnya sama, malah bisa lebih besar hasilnya.Â
Sekarang saya sadari, pola yang saya terapkan kalau enggak utang bank enggak punya apa-apa itu sebenarnya salah, sekarang ini utang bank saya sudah lunas, saya enggak mau lagi kejebak hasrat ingin punya sesuatu barang yang instan dengan utang bank, saya membiasakan menabung dan dananya saya investasikan.
Utang bank sebenarnya sih boleh saja, tapi memang harus benar-benar dipertimbangkan dengan matang berdasar skala prioritas dan kebutuhan yang mendesak banget. Lebih baik kalau enggak mendesak banget enggak usah utang bank, lebih baik uangnya ditabung dan investasi.
Yuk kita coba yuk, untuk merubah mindset kita tentang gaya hidup kalau enggak utang bank enggak punya apa-apa.