Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Atasan Merespons Kesalahan Bawahan, Bagaimana Sebaiknya?

3 Maret 2024   15:36 Diperbarui: 4 Maret 2024   11:56 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana seorang atasan merespons bawahan ketika melakukan kesalahan dalam pekerjaannya?

Apakah atasan langsung meresponsnya dengan memberikan punishment? Apakah atasan langsung memaafkannya dan melupakannya begitu saja? Atau bagaimana?

Dalam konteks dinamika kerja, terkait bagaimana merespons apa yang jadi kesalahan bawahan dalam pekerjaannya ini memang gampang-gampang susah.

Kalau langsung dikasih punishment kok atasan kesannya terlalu kejam dan tidak bijaksana. Mau dimaafkan langsung tapi kok kesannya kurang tegas, sehingga jadi dilematik.

Pernah nih ada kasus di kantor saya, yaitu ketika ada atasan saya yang langsung begitu saja memaklumi dan memaafkan kesalahan bawahan atas pekerjaannya.

Eh ternyata, bawahan yang dimaafkan tersebut alih-alih evaluasi diri atas kesalahannya, tapi justru bawahan tersebut malah membuat kesalahan lagi, dimaafkan lagi eh berbuat lagi kesalahan berulang.

Akhirnya, karena berulang kali berbuat kesalahan, maka bawahan itu dijatuhi punishment dalam bentuk sanksi skorsing atas kesalahan berulang yang kerap dilakukannya.

Di situasi tertentu terkait respons ketika bawahan melakukan kesalahan dengan memaafkannya dan melupakan kesalahannya ini bisa menenangkan, baik yang berbuat salah ataupun bagi yang memaafkan, namun dalam konteks dinamika kerja bisa jadi bumerang.

Kenapa jadi bumerang?

Pertama, terjadinya kesalahan yang sama dan terus berulang.

Bawahan jadi enggak belajar atas kesalahan yang diperbuatnya, mereka merasa kesalahannya gampang diampuni dan dilupakan, sehingga malah enggak merefleksi penyebab kesalahannya dan antisipasinya bagi ke depannya.

Kedua, enggak ada evaluasi dan perbaikan atas kesalahan.

Ketika kesalahan bawahan terlalu gampang diberi maaf dan ampunan, maka bawahan jadi merasa enggak perlu memperbaiki prosesnya, sehingga yang terjadi adalah akar masalah tetap ada karena enggak diatasi dan enggak ada inovasi untuk perbaikan.

Ketiga, bawahan jadi melunjak karena merasa gampang diampuni atas kesalahannya.

Karena gampangnya dimaafkan dan diampuni tadi, bawahan kesannya jadi ngelunjak, sehingga karena merasa diwajarkan dan dilogiskan, bawahan malah tidak mau introspeksi diri atas kesalahannya.

Lantas bagaimana sih sebaiknya yang bisa diterapkan atasan dalam merespons kesalahan yang diperbuat bawahan agar mereka tahu introspeksi diri dan belajar dari kesalahannya?

Ilustrasi gambar situasi saat Atasan merespon kesalahan yang diperbuat Bawahan | Dokumen Foto Via Freepik.com
Ilustrasi gambar situasi saat Atasan merespon kesalahan yang diperbuat Bawahan | Dokumen Foto Via Freepik.com

Pertama, memaafkan tapi juga dengan arahan dan petunjuk.

Benar, kesalahan bawahan atas pekerjaannya adalah wajar dan logis, namanya manusia itu enggak lepas dari khilaf, tapi dalam hal ini penting adalah memberi petunjuk dan arahan perbaikan atas kesalahan yang diperbuat bawahan.

Tentunya, agar bawahan memahami bahwa dari kesalahannya ini ada hal yang harus dievaluasi dan diperbaiki, bawahan jadi teredukasi untuk lebih instrospektif agar kedepannya tidak terjadi kesalahan berulang.

Kedua, mengingat kesalahan bawahan dengan mengidentifikasi kesalahannya.

Sebagai atasan, memaafkan bawahan tentu perlu, akan tetapi jangan gampang dilupakan. Dalam hal ini atasan harus mengingatnya dan mengidentifikasi kesalahannya.

Ingatkan bawahan bahwa kesalahan yang diperbuat saat ini tercatat atau dicatat. Kesalahan kali ini dapat ditolerir, tapi bila berbuat kesalahan yang sama akan ada punishment.

Diharapakan dengan begini, bawahan juga jadi respek dan responsif atas kesalahan yang ditolerir tersebut dan setidaknya jadi alarm bagi diri untuk tidak jatuh pada kesalahan berulang.

Ketiga, ketegasan sikap kepada bawahan untuk mendorong komitmen tanggung jawab perbaikan kepada bawahan atas kesalahnnya.

Sebagai atasan, tentu harus mengambil sikap tegas untuk mendorong bawahannya bertanggung jawab atas kesalahan yang telah diperbuat dan mendorongnya serta mendidiknya untuk berkomitmen untuk tidak mengulangi kesalahan.

Dengan begini, diharapkan ke depan bawahan akan lebih teliti lagi dalam bekerja dan setidaknya lebih bijak dalam meminimalisir kesalahan dalam pekerjaan.

------

Ya, kesalahan bawahan memang wajar dan logis, tapi akan jadi enggak wajar dan logis bila kerap jatuh pada kesalah berulang atau sering berbuat salah. Sesering itu dimaafkana sesering itu berbuat salah. 

Namun, kesalahan bawahan itu apabila dapat dimaafkan dengan bijak yang berkualitas seperti apa yang sudah penulis uraikan di atas, maka niscaya bawahan akan respek untuk berupaya yang terbaik, untuk tidak berbuat kesalahan dalam bekerja.

Demikian kiranya artikel singkat ini, semoga dapat bermanfaat.

Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun