Wah, soal Post Holiday Blues ini sempat juga saya alami, mau masuk kerja habis dapat cuti tahunan sekaligus libur panjang natal dan tahun baru kok ya rasanya berat dan malas banget.
Apalagi ya, cuti tahunan ini, saya adalah termasuk yang agak sulit ambil cuti, sering ke-pending karena dinamika kerjaan, oleh karenanya masuklah saya pada kelompok orang-orang kantor yang akhir-akhir ambil cuti tahunan.
Alhamdulillah, akhirnya cuti tahunan saya direstui oleh kantor sekaligus bisa liburan, karena ditambah hari libur nasional dan cuti bersama nataru, maka cuti saya jadi cukup panjang. Â
Ya, memang puas juga sih ketika cuti tahunan saya ini bersamaan dengan adanya libur nataru. Saya bisa healing bareng keluarga ke tempat wisata, saya juga bisa terapi kesehatan mental saya, pokoknya punya waktu banyak untuk bercengkerama bersama keluarga.
Selain itu juga, saya sengaja pasang foto profil dan status WA yang menginformasikan dan menegaskan bahwa saya sedang melaksanakan cuti tahunan.
Jujur saja, saya sengaja begitu biar enggak keganggu kerjaan, biar orang kantor tahu kalau saya lagi cuti dan enggak mau keganggu urusan kantor, wkwkwk.
Setidaknya juga, hal ini menginformasikan bahwa saya sedang ingin fokus cuti tanpa terganggu dinamika urusan kantor. Boleh saja kok kita bikin hal seperti itu.
Eh, enggak kerasa tahu-tahu besok sudah masuk kerja lagi, duh kok rasanya mager banget mau masuk besok, kok rasanya cepet banget ya cuti dan liburan ini, kok rasanya kepingin nambah nih libur dan cutinya, enggak semangat besok sudah harus kerja.
Namun, enggak kerasa sudah subuh aja nih, males banget rasanya mau kerja lagi, istri sudah ngoprak-ngoprak bangunin agar saya segera bangun dan kembali kerja. Tapi rasa mager masih menghinggapi.
Sempat saya ambil HP dan mau nulis bahwa saya izin belum bisa masuk kerja, eh kepentok mau izin alasan apa yah, ah sudahlah ngapain juga harus begitu, ini namanya enggak komitmen dan konsisten, sudah dikasih cuti ditambah libur nasional kok ngelunjak, begitu saya berbicara dengan diri saya sendiri.
Kemudian saya pun jadi ingat bahwa saya sudah cuti ditambah libur panjang masa saya harus cari alasan untuk bolos nambah libur, kok enggak profesional banget, lagipula kantor pasti sudah membutuhkan saya, akhirnya saya bergegas bangun untuk segera beraktivitas kerja lagi.
Saya harus bertanggung jawab dan komitmen bahwa saya harus segera kembali bekerja, rasa mager segera saya buang, segera siap-siapa kerja, dan cus berangkat deh saya kerja.
Ya, Post holiday blues atau sindrom pasca liburan merupakan kondisi mental yang ditandai dengan perasaan sedih, murung, lelah, dan tidak bersemangat setelah liburan berakhir.
Sepertinya apa yang saya alami tadi, memang bisa melanda siapa saja, dan memang kalau enggak di atasi malah semakin membuat kita kena mental dan berdampak pada kesehatan mental. Maksudnya liburan mau healing atau refreshing, eh malah mental yang jadi kena karena terdampak post holiday blues.Â
Oleh karenanya agar post holiday blues ini tidak melanda, maka ada beberapa hal yang mesti dilakukan, yaitu;
Pertama, meneguhkan prinsip profesionalitas dan tanggung jawab diri dalam mengemban tugas pokok.Â
Ya, seperti halnya saya tadi, karena saya ingat saya memiliki tanggung jawab pekerjaan yang saya emban, maka saya enggak bisa mengakomodir keinginan saya untuk post holiday blues.
Saya segera bangkit dari tempat tidur, keinginan mager saya tolak, dan saya segera bergerak untuk siap-siap bekerja dan melakukan aktivitas-aktivitas lainnya.
Kedua, meneguhkan komitmen kerja.
Ya, maksudnya komitmen di sini kerja adalah bagaimana meneguhkan rasa dan sikap keterikatan yang kuat terhadap organisasi atau perusahaan tempat kita bekerja, baik pada aspek nilai-nilai perusahaan, lingkungan maupun timbal balik yang diberikan oleh organisasi.
Mengingat bagaimana kredibilitas diri di kantor seumpama kita malah terbawa post holiday blues, apa kata pimpinan, bawahan, dan rekan kerja kita di kantor misalnya, kalau kita malah kena mental gegara kena sindrom post holiday blues yang kita akomodir apa dampaknya.
Ketiga, berbicara pada diri sendiri.
Nah, berbicara dengan diri sendiri untuk membuang sindrom post holiday blues ini penting juga dilakukan, seperti halnya saya tadi di atas, saya berbicara dengan diri saya sendiri terkait dampaknya bila saya menuruti keinginan untuk post holiday blues ini.
Jadi, jangan sungkan untuk berbicara pada diri sendiri, lagi pula ini semakin membuat pola pikir kita matang dan meneguhkan hati untuk menguatkan prinsip, karena dengan berbicara pada diri sendiri ini kita mengolah kata pada pikiran dan hati yang pastinya akan mempengaruhi bagaimana kita bertindak.
------
Nah, itulah kiranya cara saya mengatasi post holiday blues yang sempat melanda saya ini, kalau sekiranya bermanfaat silakan diterapkan, kalau kiranya tidak sejalan ya sudah enggak apa-apa. Setidaknya saya ikut sumbangsih dalam memberikan solusi dan referensi terkait post holiday blues.
Demikian kiranya artikel singkat ini.
Artikel ke 4 tahun 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H