Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kompetitif di Kantor Tanpa Harus Jadi "Difficult People"

1 Januari 2024   16:41 Diperbarui: 2 Januari 2024   05:48 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seberdaya saing apakah diri Anda dalam iklim kompetitif di Kantor? Bagaimana Anda berjibaku dalam iklim kompetitif di kantor? Apakah Anda termasuk golongan orang-orang yang difficult people dalam iklim kompetitif tersebut? Ataukah Anda tegar berdiri pada iklim kompetitif yang fair untuk selalu meneguhkan diri menjadi green people dalam iklim kompetitif?

Ya, iklim kompetitif antar karyawan agar mendapat tempat terbaik di kantor adalah hal yang logis dan wajar atau bisa dikatakan lumrah saja.

Persaingan ketat dalam promosi jabatan pun kerap mewarnai iklim kompetitif ini. Masing-masing karyawan akan berupaya menunjukan kemampuan agar dapat mewujudkan visi dan misi diri.

Sejatinya, persaingan ataupun kompetisi dalam dinamika dunia kerja di kantor itu bukanlah hal yang haram ataupun tabu. Bahkan bisa membawa dampak yang positif seperti, karyawan dapat terpacu meningkatan kemampuan diri, mendorong pencapaian yang lebih tinggi, serta memacu untuk terus belajar dan wawas.

Namun pada praktiknya yang kerap terjadi di lapangan adalah, iklim kompetitif antara karyawan berlangsung tidak sehat. Demi memenangkan persaingan atau menjadi lebih unggul dari yang lain, eh ternyata ada saja karyawan yang bertindak difficult people.

Sehingga apa yang terjadi?

Ya, akibat dorongan bersaing yang dirasuki ambisi yang teracuni perilaku difficult people maka antara sesama karyawan sudah saling mengabaikan etika dan kerja sama.

Sehingga banyak karyawan yang akhirnya bertingkah menyebalkan, bahkan sampai parah menjadi toxic people di kantor demi mewujudkan ambisinya memenangkan persaingan.

Padahal, para pihak atasan atau manajemen tentu tidak bisa diremehkan dalam hal menilai mutu dan kualitas masing-masing dalam hal bersaing dalam iklim kompetitif ini. 

Para pemangku kepentingan ini pasti akan menilai karyawan kantor secara obyektif dengan mengutamakan prosedur parameter penilaian kinerja, mutu, dan kualitas.

Seperti soal penilaian attitude misalnya, prestasi misalnya, dan kinerja, yang pastinya akan menggunakan standar dasar penilaian mutu dan kualitas berdasar aturan yang diterapkan kantor.

Bahkan bila iklim kompetitif antar karyawan berlangsung sangat ketat, maka tentunya kantor pasti memiliki juga kebijakan penilaian lainnya sebagai standar penilaian tambahan.

Semisal pihak kantor dihadapkan dengan kondisi bahwa nilai mutu dan kualitas para karyawan kantor adalah sama ataupun beda-beda tipis, maka pastinya kantor akan menerapkan standar penilaian mutu dan kualitas yang semakin meningkat pula, seperti dinaikan grade misalnya, atau cara lainnya yang dipandang bisa untuk diterapkan.

Tentu saja hal ini agat dapat melihat karyawan mana yang lebih unggul dan dapat dipertanggung jawabkan bagi kedepannya untuk mengemban amanah kepercayaan kantor.

Oleh karenanya untuk menghadapi persaingan ketat ini memang diperlukan nilai plus-plus para karyawan dalam bersaing tersebut.

Jadi sampai di sini amatlah jelas, sepandai-pandai misalnya karyawan menerapkan strategi difficult people dalam iklim kompetitif, pasti akan ketahuan juga oleh pihak manajemen ataupun para atasan.

Nah, yang jadi pertanyaannya adalah, apa sih kira-kira hal yang diperlukan untuk menambah daya dobrak atau daya saing bagi nilai mutu dan kualitas tanpa harus menjadi karyawan yang difficult people?

Ilustrasi gambar karyawan kantor yang difficult people | Dokumen Foto Via Freepik.com
Ilustrasi gambar karyawan kantor yang difficult people | Dokumen Foto Via Freepik.com

Sebenarnya berjibaku dalam iklim kompetitif di kantor ini enggak perlu sampai jadi difficult people. Daripada jadi difficult people begitu, maka beberapa hal di bawah inilah yang bisa penulis referensikan.

1. Prestise yang kredible.

Prestise di sini maksudnya adalah tidak hanya bicara soal prestasi semata, tapi bagaimana karyawan harus lebih memiliki kredibilitas diri, memiliki nilai lebih terhadap pamornya, kehormatannya, dan wibawanya.

Termasuk juga adalah bagaimana kekuatan performa dalam bekerja, yang tentunya hal ini adalah untuk dapat mempengaruhi (influence) sebagai pembawaan diri karyawan di lingkungan kantor atau dengan kata lain juga adalah bagaimana mengoptimalkan karisma yang dimiliki.

Sehingga kalau para karyawan ingin punya daya saing yang mumpuni dalam iklim kompetitif kantor, maka prestise ini harus ditingkatkan, karyawan harus berupaya sebaik-baiknya melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik melalui prestise ini.

2. Reputasi yang dapat dipertanggung jawabkan.

Maksudnya reputasi di sini adalah berkenaan dengan nama baik dan kepribadian masing-masing karyawan yang jika dikaitkan dengan diri karyawan, maka reputasi karyawan haruslah baik dan dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak manajemen kantor, termasuk atasan dan seluruh karyawan secara luas.

Reputasi karyawan ini juga menjadi persepsi penilaian yang akan tersematkan dalam diri masing-masing karyawan yang dapat dinilai dari seluruh apa yang dikerjakan sesuai job desc di kantor.

Nah, respon, pendapat, dan tanggapan dari khalayak ramai termasuk dari atasan dan pihak manajemen di kantor tentang reputasi diri inilah yang bakal menjadi acuan nilai tambah bagi masing-masing karyawan.

Jadi, bangunlah reputasi diri ini di kantor dengan sebaik-baiknya, jadilah karyawan yang green people, dan jangan bikin cacat sedikitpun kalau ingin memenangkan iklim kompetitif di kantor.

3. Endurance power (kekutan daya tahan).

Yang dimaksud dengan endurance (daya tahan) di sini adalah adalah kemampuan resistance (ketahanan) terhadap tekanan pekerjaaan atau berkaitan dengan ketangguhan baik itu secara mental dan fisik.

Yang pasti, bila karyawan mampu memiliki mental yang immun atau kebal mental, tangguh, dan dapat melakukan recovery (pemulihan kembali) dengan segera meskipun tekanan pekerjaan datang bertubi-tubi menimpa, maka inilah yang bisa menjadi nilai tambah yang brilian.

Jadi dalam hal ini amatlah jelas, bahwa karyawan yang mampu memiliki nilai daya tahan mental yang paling kuat dan tangguh yang bakal dipilih oleh pihak manajemen kantor untuk mengemban amanah yang dipercayakan, sehingga di sinilah yang dinamakan mampu memenangkan iklim kompetitif tanpa harus jadi difficult people.

-----

Nah, inilah kira-kira yang bisa penulis bagikan terkait bagaimana bisa memenangkan iklim kompetisi bagi daya saing karyawan di kantor tanpa harus jadi difficult people.

Mau Anda terapkan, tentu saja sangat boleh, enggak sepaham dengan apa yang sudah penulis referensikan ini pun ya enggak apa-apa.

Yang jelas untuk dicamkan, bahwa iklim kompetitif di kantor itu makin kekinian kian ketat dan semakin selektif. Sehingga bagi karyawan yang tidak mampu adaptif dengan tuntutan kinerja kantor bakal tersingkir. Apalagi ketahuan menjadi difficult people dalam iklim kompetitif, pasti akan langsung tergusur otomatis.

Jadi bagaimana, mau jadi difficult people demi memenangkan iklim kompetitif di kantor, atau mau menjadi green people dalam iklim kompetitif di kantor?

Demikian kiranya artikel ini. Semoga bermanfaat.

Artikel ke 1, tahun 2024.

Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun