Batin pekerja yang terluka karena hal-hal yang tidak menentramkan pekerja dalam bekerja, pastinya akah sangat mempengaruhi mental, mutu dan kualitas hasil kerja serta kinerja.
Lantas, bagaimana mewujudkan ketentraman batin bagi pekerja tersebut?Â
Pimpinan sangat bertanggung jawab atas mutu dan kualitas ketentraman batin pekerjanya termasuk kesehatan mental pekerja. Pimpinan harus bisa menciptakan kultur kerja hingga kondisi lingkungan kerja yang sehat.
Bagaimana caranya?
Oleh karenanya, pimpinan harus cermat dalam mengamati situasi dan kondisi yang terjadi di kantor. Seperti misal, ketika mengetahui ternyata lingkungan kantornya tidak kondusif alias toxic maka disinilah pimpinan memiliki andil untuk menetralisirnya dan menyehatkannya serta jangan malah menambah ruwet suasana.
Sering terjadi adalah sudah suasana lingkungan sedang toxic eh pimpinan malah nambah-nambahin tekanan batin. Siapa yang betah kalau kerja tapi malah begini, kan. Iya enggak. Bahkan tidak dimungkiri juga justru pimpinanlah yang kerap bikin luka batin pekerja karena kepemimpinannya yang toxic.Â
Nah, disinilah pimpinan harus bisa korektif dan evaluatif, disinilah mutu dan kualitas kepemimpinan diuji, kalau memang lingkungan kantor sedang toxic maka pimpinan harus bertindak tepat sasaran untuk menyehatkannya.Â
Nah, kalau pimpinannya yang malah membuat tidak tentram bagaimana?
Yah, inilah yang dilematis, karena ketika pimpinan malah jadi pelaku yang tidak menentramkan lingkungan kantor itu sangat sulit menyadari kalau dia toxic apalagi diingatkan kalau dirinya toxic. Sehingga pimpinan beginilah yang sering ditinggal oleh pekerja karena kepemimpinannya yang toxic.Â
Tapi mudahan, dengan penjabaran saya tentang betapa pentingnya ketenraman batin dan kesehatan mental pekerja dalam artikel ini, setidaknya bisa menjadi tambahan wawasan kita bersama dalam memimpin kedepan. Sehingga mencegah kita menjadi toxic dalam memimpin anggota dan tentunya menjadi tambahan wawasan bagi siapapun yang kedepan jadi pemimpin di kantornya.