Sering pergi kerja pagi pulang kerja malam, hari-hari sering kerja lembur, hari-hari cuma kerja, kerja, dan kerja. Hari-hari cuma soal lelah, lelah, dan lelah. Inilah overwork.
Saking seringnya overwork, Anak misalnya, sampai menelepon supaya ayah atau ibunya cepat pulang, eh tapinya malah ditolak belum bisa pulang dengan alasan masih ada kerjaan yang dilembur.
Anak pun sampai komplain kenapa kerjaan terus, kerjaan terus, kenapa lembur terus, lembur terus, kapan ada waktu buatnya, kapan ada waktu baginya untuk healing.
Ya, itulah realita relate yang kerap terjadi dilingkup dinamika dunia kerja karyawan. Padahal hidup bukan soal kerja dan lelah. Ada waktunya kerja ada waktunya menyenangkan diri atau ada waktunya untuk worklife balance.
Tidak dimungkiri, kondisi diatas baik itu disadari ataupun tidak, kerap diterapkan oleh karyawan dan para atasan. Inilah yang juga disebut Overwork dan tidak sedikit unsur leader maupun karyawan yang kerap membanggakan situasi overwork ini secara berlebihan.
Overwork sendiri merupakan suatu situasi di mana pelaksanaan aktivitas bekerja terlalu dibawa serius-serius banget.
Kerja terlalu keras, terlalu banyak, atau terlalu lama dengan alasan biar dipandang selalu eksis, biar kelihatan tetap loyal dan berdedikasi pada atasan dan kepada kantor secara umumnya.
Nah, apakah Anda adalah yang termasuk di antaranya yang suka banget overwork atas nama loyalitas maupun dedikasi tersebut?
Yang jelas, kalau Anda kira-kira adalah termasuk bagian yang merasa tenggelam dalam situasi overwork seperti yang penulis jabarkan di atas, maka ini adalah kebiasaan yang enggak bijak.
Sebaiknya Anda ubah kebiasaan overwork tersebut untuk kualitas hidup lebih baik, kikis atau kalau bisa basmi overwork dengan cara mengimbangi antara pekerjaan dan kehidupan atau worklife balancing.
Ya, "kebiasaan", inilah sejatinya yang jadi awal mula penyebab kenapa pada akhirnya Anda malah terjebak tenggelam dalam overwork yang terkadang jatuhnya jadi sangat berlebihan banget.
Padahal sejatinya, menyeimbangkan antara dunia pekerjaan dan kehidupan lainnya seperti kehidupan dengan keluarga misalnya, refreshing keluarga misalnya, healing untuk refreshing pikiran misalnya, itu adalah hal penting bagi kesehatan mental dan keseimbangan kualitas hidup (worklife balance) yang mestinya harus diterapkan.
Pastinya juga, bila overwork ini terus-terusan ditolerir dan Anda menganggapnya sebagai situasi yang wajar alias Anda normalisasi dengan membiasakan bekerja di luar kekuatan atau kapasitas waktu kerja Anda, maka waktu dan hidup Anda hanya akan habis di kantor.
Tanpa Anda sadari, kualitas hidup dalam hari-hari Anda hanya akan Anda habiskan untuk kerja, kerja, dan kerja. Setelahnya lelah, lelah, dan lelah.
Sering pulang kerja malam dan sering lemburan sampai rumah langsung blek tidur karena sudah lelah. kalau hampir tiap hari begini pasti akan berdampak yang tidak bagus.
Bahkan, dapat berdampak pada kesehatan mental dan fisik karena secara simultan overwork itu banyak menghabiskan energi dan pikiran, termasuk juga sebenarnya dapat menyebabkan tekanan-tekanan fisik, tekanan batin, dan tekanan mental.
Oleh karenanya penting juga bagi Anda yang menduduki posisi unsur atasan di kantor, maka kami menyarankan, agar dapatnya overwork ini jangan dibudayakan, agar dapatnya overwork ini jangan dinormalisasikan bahkan diterapkan paksa jadi kulture kantor atau malah jadi kebiasaan yang dibiasakan kepada para bawahan.
Para unsur atasan seyogianya dapat bertindak bijak, untuk tetap mempertimbangkan bagaimana kesehatan fisik maupun kesehatan mental para bawahan (karyawan).
Begitu juga sebaliknya, bila para bawahan atau karyawan sendiri yang bertindak menerapkan overwork ini, maka harus instrospeksi diri dan mawas diri, karena patut dicamkan, bahwa robot saja butuh cool down dan retreat, apalagi Anda.
Kalau Anda beralasan hari-hari banyak kerjaan dan mesti harus dilembur terus, maka hari-hari Anda akan begitu terus, namanya juga kerjaan, ya enggak akan ada habisnya, lagipula kalau Anda keseringan lembur, tentu ada yang enggak beres juga berkaitan dengan bagaimana mengelola dan memanajemen pekerjaan Anda.
Oh iya, ngomongin juga soal lembur ini, maka ada baiknya juga Anda evalusi lagi soal perlemburan ini, kalau memang enggak penting-penting banget atau dalam situasi yang urgent banget, ya ngapain juga harus lembur. Enakan pulang teng go, sehingga ada waktu buat keluarga dan sanak famili.
Intinya jangan keseringan lembur kalau enggak urgent, supaya kerja enggak sampai harus dilembur, maka Anda perbaiki manajemen kerja Anda, ini baru langkah bijak yang elok.
Daripada hari-hari Anda hanya untuk kerja, kerja, kerja, dan kerja terus dan lelah, lelah, dan lelah terus atas nama "lemburitas", loyalitas dan dedikasi tapi akhirnya Anda kena "tipes", alias tumbang jatuh sakit, lebih baik mengutamakan kualitas hidup dengan keseimbangan antara kerja dan kehidupan keseharian atau worklife balance.
Coba saja, kalau Anda pada akhirnya jatuh sakit, siapa yang paling kasihan dan terdampak? Siapa coba? Tentu saja Anda sendiri dan keluarga bukan? Iya kan! Ini fakta loh!
Yang jelas juga, bila overwork ini jadi budaya kerja, maka secara simultannya ke depan akan berdampak seperti di antaranya:
1. Minimnya waktu bersama keluarga atau sanak famili.
Ya, ini adalah fakta bahwa overwork bakalan bikin lupa keluarga, jelas banget sudah kan. Jadi bila overwork ini mendampaki, maka patut direformasi, bahwa keluarga tetap memegang peranan penting dalam kehidupan keseharian.
Jadi bagaimana?
Ya, jangan lupa untuk membagi waktu yang adil untuk keluarga dan sanak famili. Jangan hanya asyik dan umek dengan kerjaan doang, eh sampai lupa kepada keluarga, biar bagaimanapun waktu bersama keluarga itu perlu dan penting.
2. Hilangnya waktu untuk mengeskplorasi diri.
Perlu juga Anda sadari, bila Anda dalam hari-hari kerja Anda tapi Anda terus-terusan terkungkung dalam overwork ini, maka Anda akan semakin kehilangan daya kreatifitas.
Bahkan parahnya, Anda jadi stuck dan enggan mengeksplorasi diri, padahal sebenarnya kalau mau wawas diri Anda bisa keluar dari overwork untuk mengekspresikan dan mengeluarkan bakat dan talenta yang dimiliki.
3. Risiko tinggi kena stres, burnout, boreout, dan gangguan kesehatan mental lainnya.
Ya, bukanlah suatu kebohongan bahwa overwork jelas banyak menyita waktu Anda di luar jam kerja normal, dan tentu amatlah jelas kalaulah overwork ini terus Anda lakukan maka jam tidur atau waktu istirahat Anda juga akan semakin berkurang.
Lantas apa yang kemudian jadi dampaknya?
Ya, Anda akan rentan terkena gangguan mental, rentan kena stres, burnout, dan boreout karena tekanan-tekanan pekerjaan yang berlebihan Anda hadapi dalam setiap harinya.
Jadi harus Apa?
Satu-Satunya solusi adalah instrospeksi diri dan sadar diri bahwa overwork harus dikikis habis. Menyadari bahwa kualitas hidup antara kerja dan kehidupan keseharian harus balance.
Nah, itulah sekilas yang bisa penulis sampaikan berkaitan dengan apa dan bagaimana overwork ini, setelahnya tergantung kita semua, masihkah menurutinya. Ya, semuanya tergantung saya dan Anda semua sih sebenarnya.
Yang jelas, overwork bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan apalagi dianggap normal, jadi daripada kerja, kerja, kerja terus habis itu langsung "tipes", lebih baik kerja sesuai porsinya saja dan pada pakem yang benar saja.
Kerja keras itu bukan berarti tentang seberapa sering Anda dalam bekerja, seberapa lama waktu Anda dalam bekerja tapi kerja keras itu adalah kerja cerdas terkait bagaimana Anda memaksimalkan waktu bekerja dengan hasil yang terbaik dan bisa ada waktu untuk worklife balance.
Intinya, kehidupan kita bukan hanya soal kerja dan lelah, tapi kita butuh menyenangkan diri, butuh kebahagiaan bersama keluarga dan sanak famili.
Demikian kiranya artikel ini. Semoga bermanfaat.
Artikel ke 175 tahun 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H