Ada waktunya young talen mengenyam masanya. Ada waktunya apa yang menjadi masa depan para old talent atau yang sedang dijalaninya saat ini ditularkan kepada young talent.
Banyak fakta bahwa akibat ageisme seperti yang penulis uraikan inilah akhirnya yang membuat young talent enggak betah kerja di kantor.
Akibat ageisme jugalah karena sedikitnya kesempatan young talent mendapat tempat di kantor akhirnya kantor malah jadi renta kekurangan talenta muda sebagai generasi penerus kantor.
Kalau sudah begini, barulah kantor "gupuh" menyadari bahkan baru menyadari bahwa selama ini pihak kantor telah secara sadar menerapkan ageisme.
Ketelanjuran inilah yang kerap menjadi penyesalan di belakang hari oleh suatu kantor bahwa ternyata kaderisasi dan regenerasi kepada young talent dengan cara menggembleng dan mempercaya mereka untuk berbuat adalah penting.
Ya, young talent sejatinya adalah aset penting bagi masa depan kantor yang juga ada di pundak mereka. Tidak selamanya old talent ada dimasanya. Ada masanya young talent harus dipercaya.
Oleh karenanya, penting bagi pihak manajemen kantor untuk meruntuhkan hegemoni ageisme ini dalam rangka terus eksis dalam dunia kerja.
Nah, yang jadi pertanyaan apakah bisa ageisme dalam hal dominasi antara old talent diantara young talent ini diruntuhkan, sementara pada umumnya masih banyak ageisme ini terjadi dalam dinamika dunia kerja?
Tentu saja bisa, karena sebenarnya tinggal bagaimana pihak manajemen kantor saja secara bijak menyadari untuk menerapkan bahwa, kaderisasi dan regenerasi SDM kantor itu penting.