Tambahnya lagi orangtua terus-terusan mempertanyakan kapan saya lulus, sebab anak tetangga yang satu angkatan dengan saya sudah lulus kuliah sementara saya belum lulus kuliah.
Padahal, saya masih kendala dengan skripsi. Wah sudahlah, semakin puyeng enggak karuanlah pokoknya. Saya malah semakin stuck menyelesaikan skripsi.
Tapi, haruskah saya seperti itu terus, masa sih saya harus jadi mahasiswa abadi di kampus? Tentu saja saya enggak maulah, hingga akhirnya saya sadar, saya harus kuat, saya harus bisa menuntaskan skripsi ini, dan dengan susah payah dan perjuangan akhirnya saya bisa juga menuntaskan skripsi dan lulus kuliah.
Lantas, apa sih yang saya terapkan waktu itu hingga akhirnya mental saya bisa bangkit dan bisa menuntaskan skripsi dan lulus kuliah?
1. Menerapkan immun mentality saat berkonsultasi dengan dosen pembimbing
Tahap berkonsultasi dengan dosen pembimbing inilah letak titik terpenting terkait berhasil dan tidaknya kamu dalam menuntaskan skripsi.
Jadi, ketika kamu dapat revisian atau kena kritikan terkait skripsimu dari dosen pembimbing, agar dapatnya kamu jangan gampang baperan, terima dengan terbuka apa yang menjadi saran, revisian, maupun kritikan tersebut.
Yang jelas, kamu perlu camkan baik-baik, bahwa dosen pembimbingmu itu bukan "musuhmu", dosen pembimbingmu merupakan "orangtuamu" dalam menuntaskan skripsi.
Yang pasti juga, dosen pembimbingmu pasti enggak ingin juga mahasiswa bimbingannya kepontal-pontal dan "terbantai" saat ujian skripsi, dosen pembimbingmu pasti akan berupaya yang terbaik agar skripsimu baik dan layak, sebab kalau kamu gagal dalam ujian skripsi maka bisa berdampak pula pada kredibilitasnya.
Oleh karenanya terbukalah menerima saran, masukan, maupun kritik dari dosen pembimbingmu, bina hubungan dan komunikasi yang baik dengan dosen pembimbingmu ini.
2. Menguatkan prinsip siap "bertempur" membuat skripsi
Sudah menyatakan diri untuk "bertempur" memulai skripsi, maka prinsip yang teguh untuk memulainya hingga tuntas harus ditanamkan kuat ke dalam diri.