Yang kerap juga jadi menambah parah dendam adalah, dalam hal saling memaafkan ini kita mempersoalkan silaturahminya.
Seharusnya orang lain yang datang silaturahmi minta maaf kepada kita, sebab oranglah yang banyak salah pada kita dan menyakiti kita.Â
Kita memantas-mantaskan diri bahwa kitalah yang paling benar. Padahal dengan begini kita jelas egois dan menyimpan dendam.
Jadi sampai disini, jelaslah sudah bahwa penghalang kita untuk ikhlas memaafkan orang lain adalah karena kita menyimpan dendam, penghancur tali silaturahmi kita yang paling utama adalah karena kita menyimpan dendam kesumat kepada orang lain.
Yang jelas, satu-satunya jalan untuk menghapusnya dari dalam diri kita adalah dengan cara berdamai dengan dendam kita kepada orang lain.
Sesakit apapun orang lain pernah menyakiti kita atau berbuat salah kepada kita, maka kalau kita bisa berdamai dengan dendam kita kepada orang lain.
Inilah sebenarnya ikhlas memaafkan yang sejati. Bukan ikhlas kelihatan dari luarannya saja, tapi ikhlas lahir dan batin yang sejati.
Bersilaturahmilah kita untuk saling memaafkan dengan tidak mempersoalkan siapa benar siapa salah, meskipun pada faktanya orang lain yang bersalah kepada kita dan menyakiti kita, tidak usahlah yang begini dipersoalkan. Lebih baik tumbangkan ego kita dan hapus dendam kita.
Berdamailah dengan dendam kita kepada orang lain, untuk menggapai kesejatian arti saling memaafkan.Â
Hapuskan dendam kesumat kita kepada orang lain untuk menggapai kesejatian ikhlas saling memaafkan.