Ikhlaskah kita memaafkan orang lain yang pernah menyakiti ataupun berbuat salah kepada kita?Â
Ikhlaskah kita berdamai dengan dendam kita kepada orang lain dengan cara memaafkannya?
Ya, terkadang soal memaafkan orang lain yang pernah menyakiti ataupun berbuat salah kepada kita ini secara teoritis gampang banget terucap dibibir tapi tak seikhlas hati pada praktiknya.
Kerap kali kita hanya nampak diluarannya saja terlihat ikhlas dalam memaafkan orang lain tapi dalam hati tidak, maaf hanya dibibir tapi dalam hati tetap tidak bisa memaafkan
Ya, memang tidak dimungkiri dalam dinamika kehidupan sehari-hari, kita secara sadar ataupun tidak sadar pasti pernah berbuat salah atau menyakiti orang lain. Begitu juga orang lain, pasti pernah ada yang menyakiti kita dan berbuat salah kepada kita.
Tak pelak, karena situsi di ataslah yang sering sekali menyisakan dendam di antara sesama kita. Apalagi kalau sudah yang namanya menyakiti hati, berat rasanya untuk memaafkan kepada mereka yang menyakiti hati kita ini.
Sehingga inilah juga yang pada akhirnya menyebabkan renggangnya suatu hubungan dan bahkan yang lebih parah adalah, putusnya tali silaturahmi dengan saudara, tetangga, teman, maupun rekan kerja.
Ya, Â "dendam" inilah yang sebenarnya menjadi penghalang kita untuk bisa saling memaafkan dengan ikhlas.
Kita mungkin bisa berkilah saya tidak pernah dendam sedikitpun atas tindakan orang lain yang menyakiti dan berbuat salah pada kita, tapi selama kita tidak ada niat untuk memaafkan dan saling memaafkan maka faktanya adalah kita menyimpan dendam, bahkan menjadi dendam kesumat.
Kita bisa berkilah kita bisa ikhlas memaafkan orang lain, tapi selama kita masih mengingat, mengungkit, dan menyimpan kesalahan orang lain maupun perbuatan orang lain yang menyakiti kita, maka tetaplah kita tidak masuk kategori ikhlas memaafkan. Tetap saja kita masuk kedalam kategori pendendam.