Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Secuil Kisah tentang Kampung Halaman yang Selalu Dirindukan

25 April 2023   13:56 Diperbarui: 25 April 2023   14:01 2264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang sih, kami yang warga kampung asli masih bisa menerapkan tradisi kami, tapi enggak seperti dahulu, ini karena kami juga harus beradaptasi dengan kondisi kampung yang kian ramai dan terus dinamis berubah.

Ya, begitulah kampung saya kekinian, warga aslinya banyak yang merantau pergi meninggalkan kampung tapi warga pendatang justru berbondong-bondong merantau ke kampung kami.

Tradisi budaya dan kearifan lokal warga asli kampung semakin langka, tapi tradisi dan budaya warga pendatang semakin mendominasi.

Pernah adik-adik saya tertegun dan kaget mendapati fakta kampung halamannya kekinian ketika mudik ke kampung saya ini yang juga kampung halamannya tersebut. Apalagi setelah saya ceritakan yang menjadi kondisinya seperti sebelumnya di atas.

Disinilah kenapa saya begitu merindukan segalanya tentang kampung saya yang dahulu. Saya rindu tradisi bahantaran rantangan yang rutin seperti dulu, saya rindu tradisi bahamparan dilapangan kampung yang rutin seperti dulu, saya rindu merasakan keguyuban antar warga asli kampung kami, pokoknya saya selalu merindukan segalanya tentang kampung saya seperti yang dulu.

Ya, beginilah adanya kami warga asli kampung lembah damai ini, kami hidup di kampung sendiri tapi seperti jadi warga lain, atau dalam artian kami justru seperti jadi tamu di kampung sendiri.

Beginilah realitanya suatu kampung ketika warga asli kampung justru berbondong-bondong merantau meninggalkan kampungnya sendiri, sementara warga pendatang malah berbondong-bondong datang merantau ke kampung kami.

Tapi ya mau bagaimana lagi, kondisinya memang sudah begitu, terpenting adalah meskipun kekinian kampung kami lebih didominasi warga pendatang tapi kampung kami tetap damai seperti namanya yaitu kampung lembah damai.

Warga pendatang tetap menghormati dan menghargai kami-kami yang memang asli warga kampung damai, apalagi kepada para sesepuh kampung.

Kami pun begitu, meski kekinian kami warga asli kampung jadi minoritas di kampung sendiri tapi kami tetap wawas diri untuk beradaptasi dengan perkembangan kekinian kampung kami. Kami juga menghargai dan menghormati warga pendatang yang merantau ke kampung kami.

Inilah secuil kisah tentang kampung halaman saya, bagaimana kampung halaman Anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun