Suatu kali saya pernah mengantri mengurus berkas administrasi di suatu instansi pemerintahan, saya sudah menunggu lama sesuai nomor antrian bersama dengan para pengantri lainnya, eh tiba-tiba ada seseorang yang baru datang, eh ujuk-ujuk langsung dilayani.
Padahal antrian dibelakang sudah menunggu giliran dilayani sedari tadi, masa ada yang datang belakangan kok malah dilayani duluan, kan enggak pas kalau begini namanya.Â
Tentu saja orang yang seharusnya mendapat giliran pelayanan berkas menjadi komplain, termasuk saya, kami pun mengonfirmasi mengenai hal ini, tapi apa kata pegawai-pegawai tersebut.Â
Maaf Bapak- bapak dan ibu-ibu, orang itu tadi adalah rekanan pimpinan dan sudah dapat rekomendasi dari pimpinan untuk diprioritaskan. Kami hanya menjalankan perintah, mohon maklum.
Mendengar jawaban tersebut kami sangat kecewa sebenarnya, tapi ya sudahlah mau gimana lagi, meski masih tersisa rasa dongkol kami pun kembali mengantri, mau ngotot nanti malah ribut.Â
Nah, soal privilise diatas masihlah agak mendingan karena enggak bersangkutan dengan rezeki orang, sebab keponakan saya pernah mengalami rezekinya ditukar orang lain gara-gara privilese ini.
Seharusnya keponakan saya keterima bekerja di suatu instansi BUMN ternama tapi digeser oleh titipan oknum orang dalam di instansi BUMN tersebut.
Padahal keponakan saya tersebut sudah dinyatakan diterima bekerja eh malah tersingkir secara sepihak oleh orang lain yang mendapat privelese dari oknum orang dalam, tentu saja keponakan saya ini kecewa berat atas apa yang terjadi pada dirinya tersebut.
Mentang-mentang keponakan saya orang biasa-biasa malah disingkirkan secara enggak fair, padahal seharusnya keponakan saya dapat rezeki diterima bekerja eh rezekinya malah ditukar oleh oknum orang lain dengan atas nama privilese.