Termasuk tentang LHKPN yang penulis uraikan sebelumnya, agar dapatnya ditindak lanjuti dengan serius oleh KPK dan pihak berwenang lainnya, jangan "panas-panas tahi ayam" belaka.
Pas sedang viral dan jadi sorotan publik baru gopoh kesana kemari mengaum bak singa murka, pas sudah mulai landai tetiba hilang taji.
Satu hal lagi yang patut disayangkan dari kasus MDS ini adalah, tersebarnya alias viralnya video aksi kekerasan MDS tersebut di jagat dunia maya.
Padahal jelas-jelas video aksi kekerasan MDS tersebut dapat berdampak pada psikis, mental dan perilaku, baik itu bagi orang dewasa ataupun anak-anak.
Orang dewasa saja bisa kena psikisnya dan mentalnya, bisa trauma atas kengerian dan kekejian aksi kekerasan ataupun penganiayaan kejam dalam video kekerasan MDS tersebut, apalagi anak-anak.
Yang jelas, kalau video aksi kekerasan MDS tersebut sampai ditonton oleh anak-anak, maka kerentanan risiko dampak buruknya sangat tinggi.
Hal ini karena, bisa menimbulkan trauma psikis dan mental, bahkan anak-anak bisa saja mencontoh apa yang terdapat dalam video kekerasan MDS tersebut.Â
Atau dalam artian, mempertontonkan video tersebut sama saja sedang mengajari anak-anak berbuat sama seperti dalam video tersebut.
Yang patut dicamkan, anak-anak adalah peniru ulung. Bukan tidak mungkin kedepan akan ada MDS-MDS lainnya, bahkan aksinya bisa saja lebih keji dibanding MDS. Apa tidak bahaya kalau begini bukan.
Saya pun sangat menyesal sempat khilaf menonton video viral MDS tersebut, pasca menontonnya perasaan saya campur aduk, jadi terbayang-bayang kengerian kekerasannya, perasaan emosi dan ingin marah pada MDS, perasaan kasian pada D, perasaan dongkol dan dampak negatif lainnya.