Sebagai bagian dari pelaku usaha grup bersama para pemegang saham lainnya, maka penulis pun pernah menerapkan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawan.
Bahkan saat pandemi covid sedang ganas-ganasnya silam, penulis pun pernah merumahkan karyawan, ada yang di PHK untuk sementara waktu dengan catatan lihat perkembangan keuangan dan ada juga yang di PHK secara permananen.
Tentu saja dalam hal PHK ini, maka penerapan PHK tersebut bukan dengan tanpa alasan, pasti ada alasan-alasan mendasar.
Bahkan alasan tersebut masuk dalam kategori kegentingan yang memaksa, sehingga perusahaan jadi sangat terpaksa dalam menerapkan PHK kepada karyawan.
Apalagi semakin kesini gejala terjadinya resesi global sudah kian terasa, pertumbuhan pendapatan usaha milik penulis misalnya, mulai menunjukan tren penurunan, pertumbuhan ekonomi kian bernilai negatif.
Sehingga kalau tidak di atasi atau di cari solusinya maka kesehatan perusahaan akan terancam, bahkan kalau semakin sakit dan kian parah mendampaki, maka perusahaan bisa saja gulung tikar.
Nampaknya pun apa yang penulis alami ini tidak jauh berbeda dengan apa yang dialami oleh para pelaku usaha lainnya. Tak pelak jadilah terakumulasi banyak perusahan menerapkan PHK kepada karyawan. Sehingga terjadilah PHK massal.
Baca juga ini: Cara Saya Bertahan agar Radio Tidak Berhenti Mengudara
Ya, memang sih, salah satu solusi paling efektif agar kesehatan perusahaan tetap terjaga ditengah resesi dan depresi pertumbuhan ekonomi ini adalah efisiensi jumlah karyawan yang pada akhirnya berlakulah PHK tersebut.