Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Satu Ibu Bisa Merawat Anak-anaknya, tapi Belum Tentu Sebaliknya

23 Desember 2022   18:22 Diperbarui: 23 Desember 2022   18:34 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya dan ibu saya saat berkebun tanaman hias di rumah | Dokumen Pribadi

Kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya tak akan lekang oleh waktu, kasih ibu itu sepanjang hayat, tapi sebaliknya, kasih sayang anak pada ibunya belum tentu sepadan.

Seorang ibu bisa merawat anak-anaknya, tapi sebaliknya belum tentu anak-anaknya bisa merawat ibunya. Apalagi ketika ibu kita beranjak senja.

Biasanya akan saling tunjuk-tunjukan dan saling lempar tanggung jawab di antara saudara kandung siapa yang harus merawat ibu.

Ya, kalau saya sih sudah saya antisipasi jauh hari, daripada nanti ribut saling konflik diantara saudara kandung sendiri saling tunjuk merawat orangtua kandung, ya sudah saya lah akhirnya yang memutuskan merawat ibu saya di rumah saya.

Karena juga saya anak pertama, saya merasa ada tanggung jawab moral merawat ibu saya, semestinya sih tanggung jawab bersama, tapi yaitu daripada nanti saling tunjuk-tunjukan lebih baik saya bijak dan dewasa saja, maka saya ambil tanggung jawab merawat ibu saya.

Apalagi semenjak ayah saya meninggal dunia, saya semakin bertanggung jawab merawat ibu saya, namun demikian ternyata adik-adik saya malah merasa enggak adil, "kok ibu jadi punya Mas Sigit sendiri sih, kan ibu juga ibu ku". Ya, begitulah ketika adik-adik saya protes soal merawat ibu.

Akhirnya kami pun berunding bersama-sama bagaimana baiknya, jadi mengenai ini kami serahkan ke ibu saya, dan ternyata ibu tetap memutuskan ikut saya. Ya sudah mau gimana lagi kan, akhirnya adik-adik saya legowo.

Meskipun akhirnya ibu memutuskan ikut saya, tapi adik-adik saya tetap rajin bertandang ke rumah saya, kadang mereka mengajak ibu jalan-jalan, liburan, dan sesekali tinggal dirumah adik-adik saya.

Kira-kira begitulah bagaimana saya dan adik-adik saya dalam rangka berkomitmen bersama dalam merawat ibu, kami malah berebut kepingin merawat ibu kami.

Nah, soal ibu ini saya jadi teringat ketika saya dan rombongan kantor bertandang ke panti jompo, saya trenyuh mendengar curhat salah satu nenek yang tinggal di panti jompo tersebut.

Nak, kalau kamu punya ibu dan masih sehat, tolong kamu rawat ibumu dengan ikhlas ya nak, jangan kayak anak-anak saya ya, yang malah menitipkan ibunya yang sudah renta ini ke panti jompo.

Padahal mereka kaya semua, tapi mereka malah tega menaruh saya di tempat ini, padahal saat melahirkan mereka saya bertaruh nyawa, saya yang merawat mereka mulai orok hingga dewasa saya merawat mereka dengan segenap jiwa raga saya.

Tapi apa sekarang, setelah saya renta begini tak satupun anak saya yang mau merawat saya, mereka malah saling lempar tanggung jawab, mereka merasa tidak ada waktu dan repot merawat saya, akhirnya mereka malah sepakat menempatkan saya di panti jompo ini.

Meskipun saya difasilitasi oleh mereka disini dan mereka sering datang ke panti jompo ini, tapi bukan itu yang bisq membahagiakan, sehingga tetap saja saya merasa kecewa dan sedih, kenapa tidak ada satupun dari mereka yang mau merawat ibunya ini. Kamu jangan begitu ya nak ya, jangan kayak anak-anak saya.

Ya, begitulah cerita seorang ibu yang saya temui di suatu panti jompo yang menyentak hati nurani saya, enggak tega juga saya lihat kesedihan ibu tersebut yang merasa terpukul berat karena enggak ada satupun anaknya yang mau merawatnya.

Saya pun langsung teringat ibu saya, enggak bisa bayangkan kalau itu terjadi pada ibu saya, pasti ibu saya akan hancur hatinya seperti ibu yang saya temui dipanti jompo tersebut.

Alhamdulillah ibu saya sehat, apalagi dalam mengisi hari-hari tuanya ibu saya malah hobby berkebun tanaman hias, bahkan hobby ini malah menular ke saya, jadilah kami bareng hobby bunga.

Kami pun kompak kalau sudah berkebun tanaman hias ini. Pokoknya kalau sudah berkebun ini ibu saya sampai lupa waktu, kalau enggak saya ingatkan kadang bisa sampai magrib urusin tanaman hias. 

Padahal saya saja enggak terlalu tahan lama-lama ngurusin tanaman hias. Namun, saya bahagia bisa melihat ibu saya begitu, sayapun bahagia bisa merawat ibu bersama adik-adik saya.

Semenjak saya mendengar langsung curhatan seorang ibu di panti jompo, saya jadi sadar dan bertekad akan merawat dan membahagiakan ibu saya, sebab bahagianya seorang ibu itu adalah ketika anak-anaknya mau dekat dengan ibunya sendiri dan merawat ibunya sendiri dikala ibunya mulai senja dan renta. 

Ya, mudahan saja, dari apa yang saya sharing ini bisa menjadi wahana saling wawas bersama, bahwa betapa pentingnya kita merawat dan membahagiakan ibu kita dikala usianya beranjak senja.

Demikian artikel ini.

Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun