Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Cara Saya Bertahan agar Radio Tidak Berhenti Mengudara

5 Desember 2022   13:42 Diperbarui: 6 Desember 2022   13:44 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siaran radio.| Shutterstock via Kompas.com

Ya, mempertahankan radio agar tetap bisa siaran (on air) kian hari memang semakin menyulitkan. Pasalnya, persaingan dengan berbagai media di dunia internet semakin keras.

Saya yang memiliki usaha radio swasta dan radio komunitas sangat merasakan betul, bagaimana begitu sulitnya mempertahankan radio untuk tetap bisa siaran.

Karena apa?

Bisa dilihat realitanya bagaimana disrupsi media sosial mulai dari YouTube, Facebook, Twitter, Instagram, hingga media online semakin membuat radio terpojok tak kebagian jatah "kue" untuk hidup dan banyak merebut "kue" usaha siaran Radio.

Gambar saat saya pernah siaran radio | Dokumentasi Pribadi
Gambar saat saya pernah siaran radio | Dokumentasi Pribadi

Akhirnya apa?

Iklan-iklan, sponsor-sponsor, mulai enggan melirik radio, kalaupun masih dapat, itu pun hanya tersisa remahannya belaka, parahnya lagi radio lebih sering enggak kebagian jatah kue tersebut.

Bahkan, sudah tersisa cuman remahnya saja rebutan pula di antara sesama pengusaha radio, jadi kasarannya sesama radio saja terkesan saling "bunuh-bunuhan". Tega-tegaan pokoknya, yang penting radio masing-masing tetap bertahan.

Inilah yang pada akhirnya menyebabkan satu demi satu radio mulai bertumbangan karena semakin sulit bertahan akibat disrupsi media kekinian, termasuk usaha radio saya.

Namun demikian, haruskah saya pasrah dengan keadaan bagaimana realita radio kekinian sekarang ini?

Saat event off air radio | Dokumentasi Pribadi
Saat event off air radio | Dokumentasi Pribadi

Tentu saja saya tidak akan menyerah begitu saja, apalagi saya adalah bagian dari sejarah dalam merintis usaha radio milik saya. 

Saya yang merasakan bagaimana jatuh bangunnya saya mempertahankan radio. Saya juga pernah mengalami bagaimana kejayaan radio yang saya miliki ini.

Saya sudah kadung habis-habisan segala daya upaya untuk radio, sehingga saya berprinsip, apapun yang terjadi, radio saya harus tetap hidup, apapun yang terjadi radio saya harus tetap On Air.

Namun pada akhirnya, meskipun sudah sekuat tenaga saya mencoba bertahan tetap juga sulit mempertahankan radio, apalagi saat pandemi Covid-19 melanda, kebangkrutan saya didepan mata.

Utang modal kian menumpuk, biaya operasional radio nombokin melulu, bahkan saya pernah didemo penyiar setiap bulan yang teriak-teriak nagih bayaran siarannya.

Akhirnya saya memutuskan menjual sebagian saham usaha radio swasta saya, Alhamdulillahnya ada juga pembelinya, termasuk investor yang ingin bekerja sama dengan saya.

Jadilah kini radio swasta saya milik bersama, sementara untuk radio komunitas masih saya pegang secara utuh dan saya kelola untuk saling support dengan usaha radio swasta yang sudah jadi milik "bersama" tersebut.

Masa kritis diambang bangkrut telah saya lewati, kini tinggal bagaimana kami para pemilik radio berusaha bertahan bersama, untuk sama-sama mempertahankan radio.

Lantas, apa yang kami lakukan?

Ya, kami menyadari bagaimana dinamika disrupsi media kekinian maka radio tidak bisa lagi mengandalkan pemasukan pendapatan dari iklan ataupun sponsor dari acara on air saja.

Sehingga kami menerapkan juga strategi dibawah ini.

1. Jemput bola membina hubungan dengan fans.

Ya, sejatinya aset terpenting radio itu adalah fans, maka inilah yang kami sasar dengan jemput bola untuk turun kelapangan langsung membina fans.

Bahkan kami rutin mengadakan jumpa fans seminggu dua kali, nah ternyata dari sinilah bisnis itu didapat, karena tidak sedikit juga fans yang memiliki usaha bisnis baik itu dilevel menengah maupun level menengah keatas.

Yang jelas, dalam membina hubungan dengan fans ini, kami tidak pilih-pilih fans, semua kami jaring untuk guyub bersama. Strategi ini ternyata bisa setidaknya radio mendapat peluang bisnis iklan retail.

Gambar saat pernah siaran di radio | Dokumen pribadi
Gambar saat pernah siaran di radio | Dokumen pribadi

2. Jemput bola menjalin hubungan dengan perkumpulan komunitas.

Ya, strategi jemput bola untuk menjalin relationship dengan perkumpulan komunitas ternyata bisa memperoleh peluang bisnis.

Pasalnya mereka ternyata juga punya relasi bisnis dengan pihak-pihak pebisnis lainnya, disinilah kami kolaborasi dengan berbagai komunitas apa saja untuk saling bersimbiosis mutualisme.

Gambar saat menggelar event off air radio | Dokumen Pribadi
Gambar saat menggelar event off air radio | Dokumen Pribadi

3. Sering menggelar event off air.

Ya, event off air juga menjadi andalan kami untuk menghasilkan pundi-pundi pendapatan.

Event off air apa saja akan kami garap, terpenting adalah biar untung sedikit enggak apa-apa, yang penting rutin ada pendapatan yang kami peroleh.

Nah, kira-kira tiga strategi di ataslah yang kami terapkan agar radio kami bisa tetap bertahan. Yang penting kami enggak neko-neko pasang target tinggi-tinggi. Kami cukup tahu diri bagaimana dinamika disrupsi media kekinian. 

Terpenting juga adalah bagaimana peran pemerintah juga dalam membuat regulasi ataupun aturan penyiaran. Sehingga jelas mana porsi radio dan mana porsi media lainnya.

Pemerintah harus camkan itu, bahwa problematika disrupsi media yang mendampaki radio haruslah ada solusinya bagaimana, UU penyiaran harus direvisi dan harus ada UU penyiaran baru secepatnya.

Selain itu, harapan kami juga adalah kepedulian masyarakat untuk tetap mendengar radio, setidaknya perduli untuk ikut melestarikan eksistensi radio.

Kalau enggak, ya kita akan melihat satu demi satu radio berhenti siaran, dan bisa jadi saya dan kawan-kawan tinggal menunggu giliran saja.

Yang jelas kami pantang putus asa, selama kami masih punya nafas untuk bertahan, kami tidak akan mundur sedikit pun, kami akan terus berupaya untuk on air relevan dengan zaman.

Demikian artikel ini. Semoga bermanfaat.

Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun