Ketiga, dalam memberi punishment itu semestinya bukan hanya soal menghukum bawahan atas kesalahannya belaka, namun harus juga mengandung unsur edukasi.
Ya, inilah juga yang seringkali luput ketika atasan menerapkan punishment kepada bawahan, unsur edukatifnya malah enggak ada, padahal unsur edukatif ini jadi esensi penting bagaimana agar mereka bisa belajar dari kesalahannya, termasuk menyadari kesalahannya untuk instrospeksi diri dan tahu diri untuk kedepannya.
Unsur edukatif ini misalnya, kalau bawahan Anda salah soal pekerjaan misalnya, maka selain menerapkan punishment kepada mereka, ya Anda juga harus membimbing mereka bagaimana caranya agar mereka tidak mengulangi kesalahan mereka.
Padahal jelas juga loh, kalau bawahan Anda sering berbuat kesalahan dan sering dapat punishment, justru Anda sebagai atasannya yang malah sebenarnya jadi tanda tanya besar, kok anak buahnya sering enggak beres kerja dan sering bikin kesalahan, atasannya gimana tuh membimbingnya. Iya enggak. Inilah juga yang jadi alasan mendasarnya kenapa juga punishment itu harus mengandung unsur edukatif.
-----
Ya, punishment dalam dinamika dunia kerja kepada mereka yang memang berbuat salah terkait pekerjaan masing-masing, sejatinya wajar saja diterapkan, tapi akan menjadi tidak wajar dan di luar nalar bila punishment tersebut melanggar batas-batas perikemanusiaan atau tidak manusiawi.Â
Jadi, ya tinggal pada Anda saja, mau punishment yang bagaimana silakan saja, tapi mudahan dari apa yang penulis bagikan ini bisa menjadi wawasan bersama terkait bagaimana saya ataupun Anda, dapat bertindak bijak kepada bawahan dalam hal menerapkan punishment ini.
Demikian Artikel ini. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H