Tim leader (atasan) Anda enggak open minded dan berpikiran sempit? Bahkan semua ide briliant dari Anda dan rekan kerja Anda di blok oleh tim leader Anda?
Ya, itulah sejatinya tipikal tim leader yang enggak kompeten dan enggak memiliki kapabilitas dalam memimpin teamwork.
Pada banyak kasus, tipikal tim leader yang seperti ini akhirnya akan selalu mengedepankan perfeksionis dan idealismenya pribadi.
Mentang-mentang posisinya adalah sebagai atasan menganggap dirinya yang paling pintar dan paling benar, enggak mau kalah, enggak mau menerima saran staf dan enggan"menengok ke bawah."
Pada akhirnya tipikal tim leader yang seperti ini justru akan berdampak signifikan pada kebereksistensian teamwork, bahkan dapat mengakibatkan ketidaksolidan teamwork.
Inilah sejatinya, tim leader yang diangkat buah dari kecerobohan pihak manajemen kantor dalam mencalonkan kandidat tim leader yang akan di tempatkan sebagai tim leader.
Apa sebabnya?
Biasa jadi tim leader tersebut diangkat karena jasa "orang dalam" alias karyawan titipan, bisa jadi juga diangkat karena hitung-hitungan masa kerja atau karena tanda jasa atas pengabdiannya dan cara tidak profesional lainnya.
Padahal, menganggkat talent jadi tim leader itu harus profesional dan ada mekanismenya, serta ada hal-hal penting yang perlu jadi nilai tolok ukur ataupun acuan kelayakan terkait pantas atau tidaknya seorang kandidat tim leader diangkat jadi tim leader dalam teamwork.
Sebab, tim leader itu bertanggung jawab penuh terhadap kemaslahatan para bawahannya dan bertanggung jawab secara moral terhadap masa depan karier para bawahan yang dipimpinnya.
Inilah yang semestinya jadi perhatian dan pertimbangan penting bagi pihak manajemen kantor, agar dalam membina organisasi tidak asal-asalan, agar kiranya juga dalam penentuan kandidat tim leader tidak asal mengangkat karyawan jadi tim leader tanpa seleksi profesionalisme terkait kompetensi dan nilai leadership yang ketat.
Hal-hal prinsip diantarnya seperti, skills, attitude, maupun kemampuan leadership secara umumnya haruslah jadi standarisasi penilaian mutu dan kualitas kandidat tim leader.
Jelaslah sebenarnya kalau pihak manajemen kantor salah pilih karena sering ceroboh mengangkat karyawan jadi tim leader tanpa mengedepankan standarisasi mutu dan kualitas, maka sebenarnya secara simultan kedepan akan merugikan pihak manajemen kantor juga.
Oleh karenanya, kami menyarankan, agar budaya meloloskan karyawan untuk diangkat jadi tim leader tanpa profesionalisme mekanisme standarisasi kompetensi dan standarisasi nilai mutu dan kualitas dihilangkan saja. Termasuk budaya meloloskan karyawan titipan jadi tim leader harus dihilangkan juga.
Sebab juga, suatu teamwork itu akan pecah berantakan bila dipimpin oleh tim leader yang enggak memiliki kapabilitas dan kompetensi mutu dan kualitas yang layak memadai.
Para anggota teamwork bakal kacau balau seperti anak ayam kehilangan induk padahal ada leadernya, hingga akhirnya anggota teamwork banyak yang merasa tertekan sampai antipati karena dipimpin oleh tim leader yang enggak bermutu dan berkualitas.
Akhirnya apa, karena tim leadernya enggak kompeten jadi leader banyak bawahan yang resign karena enggak betah dengan tipikal kepemimpinan leadernya sendiri.
Yang rugi siapa?Â
Tentu saja manajemen kantor secara keseluruhan kantor lah yang rugi besar, sudah bayar mahal gaji si tim leader termasuk bayar gaji karyawan (teamwork), eh ternyata tim leadernya enggak bisa memimpin anak buah dengan baik dan bijak dan endingnya tim leader ditinggalkan sendirian oleh anak buahnya.
Inilah yang jadi alasan mendasarnya, kenapa pihak manajemen itu harus teliti dan selektif dalam mempromosikan karyawan untuk dijadikan tim leader.
Kecerobohan dan ketidakwawasan termasuk meremehkan dalam menyeleksi talent yang akan dicalonkan jadi tim leader janganlah sampai terjadi.
Tim leader itu memegang nasib masa depan anggota dan masa depan kantor secara keseluruhan. Oleh karenanya dalam mempromosikan talent jadi tim leader haruslah mengutamakan profesionalisme. Termasuk berdasarkan prinsip-prinsip keorganisasian.
Sebab kalau enggak profesional begitu, ya bakal berabe urusannya dibelakang hari, teamwork bakal hancur, para anggota teamwork pada minggat karena enggak tahan dengan tim leader yang enggak kompeten dan kapabel.
Tapi semuanya tergantung masing-masing pihak manajemen saja, mau menyuburkan praktik meloloskan karyawan titipan jadi tim leader terserah atau tetap profesional ya terserah.
Yang jelas, melalui artikel ini, penulis sudah mengimbau dan merekomendasikan saran termasuk memaparkan dampak buruknya secara keseluruhan bagi manajemen kantor apabila seorang tim leader itu di angkat dengan mekanisme yang tidak profesional.
Tapi mudahan saja, para pemangku kebijakan dalam suatu kantor (manajemen kantor) selau mengutamakan mekanisme yang profesional dalam mempromosikan talent jadi tim leader.
Demikian artikel ini.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H