Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Resign Prematur, Kesalahan Fresh Graduate dalam Dunia Kerja

14 November 2022   08:25 Diperbarui: 17 November 2022   10:45 1578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, resign prematur, inilah yang sering banget diberlakukan oleh fresh graduate milenial, baik itu generasi X, generasi Y, maupun generasi Z.

Belum juga apa-apa dalam bekerja tapi sudah enggak betah kerja, akhirnya resign. Baru juga menempuh masa probation udah enggak tahan mental, akhirnya resign. 

Baru juga tercolek sedikit ujian dalam dunia kerja langsung terpengaruh "baperan" dan kena mental, akhirnya resign.

Sedikit-sedikit ada yang enggak cocok dihati terus resign, sedikit-sedikit ada yang enggak pas dihati terus resign.

Belum juga menunjukan kinerja terbaik, termasuk mutu dan kualitas, tapi sudah mengutamakan idealisme dan berekspektasi tinggi, seperti menuntut gaji harus besar misalnya, kerjaan harus sesuai passion misalnya, dan sebagainya.

Sehingga karenanya, ketika apa yang jadi idealisme dan ekspektasi tinggi tersebut enggak kesampaian langsung memutuskan resign.

Gambang baperan, gampang kena mental, terlalu sumbu pendek, terlalu "pasang tarif tinggi" tentang diri, dan ketika semuanya terlanda dalam diri, akhirnya resign.

Ya, berbagai hal di ataslah kira-kiranya yang menjadi gambaran resign prematur yang kerap kali diberlakukan oleh para fresh graduate (kalangan milenial X,Y,Z).

Padahal, mengarungi ataupun berkelana dalam dunia kerja terkait perkembangan dan pencapaian karier itu enggak bisa instan, butuh proses lebih dahulu.

Semestinya yang diutamakan itu adalah jalani dulu proses tumbuh kembangnya, energik dalam hal etos kerja, berjuang gigih dengan kinerja, tunjukan mutu dan kualitas, sampai akhirnya matang dan dewasa.

Ilustrasi Gambar Fresh Graduate Resign Kerja Secara Prematur | Dokumen Foto Via Freepik.com
Ilustrasi Gambar Fresh Graduate Resign Kerja Secara Prematur | Dokumen Foto Via Freepik.com

Ya, resign prematur jelas menandakan bahwa immun mentality para fresh graduate terlalu rapuh dan loyo. Gampang lari dari realita akibat enggak realistis.

Lagipula, kalau resign prematur ini sering banget dilakukan oleh para fresh graduate, maka akan berdampak ketika fresh graduate harus melamar kerja di tempat lain.

Bisa jadi pihak perusahaan atau kantor yang saling berjaringan atau saling berelasi dalam hal perekrutan kandidat karyawan akan menandai ataupun mem-banned fresh graduate yang kedapatan sering banget resign prematur dari kantor lain.

Sehingga yang terjadi adalah, fresh graduate malah banyak yang sulit dapat kerja karena terdeteksi sering berperilaku resign prematur.

Inilah yang semestinya patut jadi catatan penting dan pembelajaran berharga bagi para fresh graduate agar jangan sering berperilaku resign prematur.

Sebaiknya ketika fresh graduate mulai terjun dalam dunia kerja itu harusnya berproses lebih dahulu, belajar banyak lebih dahulu tentang dunia kerja itu seperti apa.

Nolkan dulu ekspekatasi tinggi, kebelakangkan idealisme diri, keluarkan potensi, utamakan mutu dan kualitas, kedepankan memperoleh wawasan dan berbagai skills, hilangkan keluh kesah negatif yang meracuni mental diri.

Begitulah semestinya yang dilakukan oleh para fresh graduate, jangan sedikit-sedikit enggak pas dan cocok soal kerjaan terus resign prematur.

Percayalah terlalu sering resign prematur itu enggak ada gunanya, justru akan semakin mempersempit pintu rezeki dan malahnya membodohi diri sendiri.

Nah, daripada nantinya justru jadi sulit dapat kerja karena terdeteksi sering resign prematur lebih baik itu konsisten berproses dalam mengarungi dunia kerja.

Berusahalah terlebih dahulu dengan gigih ketika mengarungi dunia kerja, kuatkan mental secara visioner dan futuristik, maka kesuksesan berkarier ada di depan mata.

Demikian kiranya artikel singkat ini, semoga dapat bermanfaat.

Sigit Eka Pribadi.

Untuk Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun