Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fase Kritis Gagalnya G30S/PKI, Inilah Penyebabnya

24 September 2022   09:35 Diperbarui: 24 September 2022   09:42 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar pendukung via Sindonews.com

Kegagalan PKI menculik Jenderal A.H. Nasution menjadi awal penyebab tentang kegagalan pelaksanaan Gerakan 30 September PKI di lapangan.

Dalam dokumen Brigjen Soepardjo yang dikemudian hari ditemukan ketika dirazia oleh pemerintah, terungkap bahwa Brigjen Soepardjo sangat kecewa atas persiapan dan pelaksanaan kup G30S/PKI.

Aidit, Syam. Dkk. Tidak ada persiapan antisipasi apabila G30S gagal terkait apa bentuk retreatnya, yang ada dalam benak Aidit, Syam, Dkk hanyalah G30S pasti menang, semua beres, pasukan PKI kuat, dan massa PKI siap revolusi.

Ya, boleh dikatakan, PKI terlalu percaya diri dan terlalu dini menyatakan kemenangan alias takabur, terlalu meremehkan situasi dan keadaan.

Apalagi ketika PKI gagal menculik Jenderal Nasution dan kemudian Jenderal Nasution bergabung dengan Jenderal Soeharto dan Jenderal Umar di Kostrad, ternyata unsur pimpinan operasi PKI justru tidak ada kejelasan perintah selanjutnya dan tidak menarik kesimpulan apa-apa.

Ilustrasi gambar pendukung merupakan arsip Kompas
Ilustrasi gambar pendukung merupakan arsip Kompas

Ditambah lagi ketika pasukan PKI dari Batalyon Jawa Tengah dan Batalyon Jawa Timur yang ditempatkan pada sektor Selatan, Tengah, Utara, dan di RRI justru ditinggalkan tanpa adanya instruksi, semuanya tidak ada ditempat saat di hubungi.

Pada akhirnya untuk segera mengatasi G30S/PKI, maka Jenderal Nasution, Jenderal Soeharto, dan Jenderal Umar, telah membentuk suatu komando untuk melakukan tegenaanval atau serangan balasan.

Sementara itu, Laksamana Omar Dhani menyadari akan adanya. tegenaanval atau serangan balasan tersebut dan mengomunikasikannya dan mengkoordinasikannya kepada para unsur pimpinan PKI agar pasukan pimpinan Letkol Untung dan seluruh pasukan G30S/PKI di integrasikan dengan Pasukan AURI untuk satu komando dibawah perintahnya.

Namun ternyata apa yang dikomunikasikan dan dikoordinasikan oleh Laksamana Omar Dhani tersebut tidak direspon dan dijawab secara konkrit, sehingga di sinilah membuktikan bahwa dalam tim pimpinan PKI ternyata sudah tidak lagi memiliki offensif geest.

Akhirnya RPKAD mulai masuk menyerang ke sektor-sektor yang menjadi basis pasukan PKI dan mengobrak-abrik pasukan PKI. Dan pada akhirnya pasukan PKI dapat dikalahkan, bahkan pasukan PKI dari Batalyon Jawa Tengah dan Batalyon Jawa Timur telah disadarkan dan membelot dari PKI.

Presiden Soekarno ternyata hadir di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma dan memberi perintah agar kedua belah pihak menghentikan peperangan, sebab bila perang saudara pecah dan terus berkobar, maka yang diuntungkan adalah Nekolim.

Intinya, dari apa yang penulis jabarkan diatas, gagal lah kup yang dilakukan oleh G30S/PKI, justru pada saat fase kritis pasca G30S malahnya unsur pimpinan PKI kebingungan dalam bertindak dan mengambil keputusan.

Ilustrasi gambar pendukung merupakan arsip Kompas
Ilustrasi gambar pendukung merupakan arsip Kompas

Dari dokumen Brigjen Soepardjo juga terungkap, andaikata saat itu Komando Pasukan PKI dapat satu Komando dibawah pimpinan Laksamana Omar Dhani, maka PKI tak perlu kalah.

Jikalau unsur pimpinan PKI setuju atas permintaan Laksamana Omar Dhani, maka seluruh kekuatan AURI di seluruh tanah air akan turut serta.

Apalagi PKI memiliki kekuatan 15 Batalyon TNI AD di berbagai lingkup daerah yang bisa digerakan sewaktu-waktu bila secara keseluruhannya saat itu terintegrasi dengan AURI. Sehingga belum tentu PKI kalah dan akhirnya dibubarkan.

Ya, bila menarik benang merah dari kegagalan kup PKI ini, sebenarnya Brigjen Soepardjo sangat mengetahui fase kritis G30S, apalagi Brigjen Soepardjo mendapat dukungan Laksmana Omar Dhani bila ingin menggerakan 15 Batalyon TNI AD dengan pesawat Hercules untuk diangkut ke Jakarta menghadapi pasukan Jenderal Nasution, Jenderal Soeharto, dan Jenderal Umar yang kekuatan pasukannya saat itu hanya 1 Batalyon.

Tapi kesempatan emas ini dilewatkan begitu saja oleh DN Aidit Dkk. Yang justru kebingungan dan tidak segera mengambil keputusan.

Andaikata saat itu, baik Laksamana Omar Dhani maupun Brigjen Soepardjo berani sekalian basah untuk melakukan kup dalam kup ditubuh PKI umtuk mengambil tindakan menggerakan pasukan PKI, maka bisa saja PKI menang, Akan tetapi Laksamana Omar Dhani maupun Brigjen Soepardjo ternyata tidak punya nyali untuk itu, dan akhirnya hancurlah PKI.

Yang jelas sejarah kelam peristiwa G30S/PKI jangan sampai terulang kembali, memang pada akhirnya PKI dibubarkan dan banyak dari PKI yang jadi korban, tapi inilah risiko dari suatu aksi yang menyakitkan karena PKI jelas khianat terhadap negara dan ingin mengganti Pancasila dengan Komunis.

Meskipun hingga kekinian, banyak fakta sejarah G30S/PKI yang dibelokkan dan dikaburkan, tapi kita sebagai bangsa yang besar harus tetap ingat, bahwa faktanya PKI pernah dua kali berkhianat, dan ingin mengganti pancasila dengan ideologi komunis. 

Jadi, jangan pernah lupakan sejarah ini.

Referensi Sumber Artikel, dari membaca Historia, Kumparan, Wikipedia, Disjarah TNI AD, dan sumber lainnya.

Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun