Sepeda ku kayuh ditengah teriknya siang.
Matahari terasa menyengat kulit begitu sengit.
Sepasang kaki ku mulai letih mengayuh.
Deru napas mulai mendengus tak beraturan pertanda ku mulai lelah.
Cucuran keringat mengalir deras pakaian ku pun basah.
Tapi persinggahan belum juga tampak.
Tak dinyana, rantai sepeda ku tetiba putus.
Kayuh ku pun terhenti seketika.
Ku tatap sekelilingku ternyata sepi.
Sepasang kaki ku melangkah gontai.
Menuntun sepeda menapaki jalan tak beraspal yang terasa tak pernah usai ditengah sepi.
Ku semakin terasa lelah.
Langit pun mulai mengantar berita kepada senja.
Tapi persinggahan belum juga tampak.
Ku kembali tergesa mengeja langkah.
Namun malam terasa terlalu cepat berkuasa.
Ku terus tergesa mengeja langkah.
Menuju satu titik persinggahan yang mulai tampak.
Dan akhirnya ku sampai.
Lelap ku tertidur kelelahan.
Biarlah esok ku jelang demi menyambung rantai kehidupan, agar roda kehidupan dapat terus berputar.
Sehingga sepeda ku bisa ku kayuh kembali, menuju persinggahan ku yang berikutnya.
Balikpapan, 18092022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H