Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bagaimana Mengelola Mindset Kerja agar Enggak Kena Sindrom Sawang Sinawang?

10 September 2022   20:07 Diperbarui: 12 September 2022   12:47 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pahami cara mengelola Mindset kerja agar enggak sawang sinawang | Dokumen Foto Via Freepik.com

Mindset merupakan suatu pemikiran atau pola pikir yang terbentuk sesuai dengan pengalaman keseharian, yang menjadi dasar keyakinan logika berpikir ataupun nalar berpikir.

Sehingga mindset dapat mempengaruhi pola berperilaku dan pola berpikir seseorang dalam menentukan suatu sikap, pandangan, pendapat, hingga mengambil keputusan.

Nah, kalau dalam lingkup dunia kerja soal mindset ini baik itu secara disadari atau tanpa disadari justru kita malah sering terbawa pada mindset kerja yang sawang sinawang.

Atau dalam artian di sini adalah, terjadi konflik atau perang mindset kerja yaitu antara mindset kerja positif vs mindset kerja negatif.

Bahkan pada umumnya, terjadinya gejolak konflik atau perang mindset kerja ini justru sering dimenangkan oleh mindset kerja negatif.

Sehingga ketika mindset kerja negatif yang lebih dominan tertanam dalam diri, maka yang terjadi adalah, ya sawang sinawang, baperan, ketidak berterimaan diri, overtinhking, maladatif, hingga akhirnya berperilaku quit qutting dan lainnya yang sejenis.

Namun, sejauh pengalaman penulis dalam hal mengelola karyawan perusahaan seperti halnya kantor UMKM radio siaran milik penulis, termasuk kantor pemerintahan tempat penulis bekerja maka yang lebih dominan berlaku itu adalah berlakunya dampak sawang sinawang dari mindset kerja negatif.

Bahkan jujur saja, penulis sendiri bukannya tidak pernah mengalami gejolak konflik mindset ini, pernah juga penulis merasakan dampak sawang sinawang ini, baperan pun ya pernah juga sih.

Namun tentunya, penulis selalu berupaya untuk selalu mengatasinya dan legowo dengan tetap mengedepakan mindset positif, karena buktinya, ya sampai saat ini penulis masih tetap ajeg dan kuat mental bekerja di kantor penulis yang basic-nya militer.

Tahu sendirikan, bagaimana tekanan kerja dan beban kerja termasuk beban tanggung jawab bekerja di instansi militer ini, berat dan enggak mudah, pokoknya enggak ada istilahnya baperan itu berlaku di lingkup kantor penulis, apapun alasannya kalau sudah berkaitan dengan jobdesc ya harus selalu siap dan konsisten bertanggung jawab.

Lantas, dengan realita sering terjadinya gejolak konflik antara mindset positif dan mindset negatif soal mindset dunia kerja ini, bagaimanakah sebaiknya mengelola mindset kerja ini agar enggak sering kena sindrom sawang sinawang?

Pahami cara mengelola Mindset kerja agar enggak sawang sinawang | Dokumen Foto Via Parapuan.co
Pahami cara mengelola Mindset kerja agar enggak sawang sinawang | Dokumen Foto Via Parapuan.co

Nah, berkaitan dengan itu ada beberapa hal yang bisa penulis sarankan terkait bagaimanakah mengelola mindset kerja tersebut yang di antaranya adalah;

Pertama, ketika suatu saat lingkungan kerja berubah toxic, atasan berubah menjadi toxic, rekan kerja ikutan toxic, maka jangan dulu langsung kena mental dan baperan.

Kalau mindset langsung bereaksi secara negatif alias langsung baper dan kena mental, ya sudahlah pasti sindrom sawang sinawang lah yang mendemotivasi diri.

Sebaiknya, bawa dulu logika dan nalar berpikir untuk tetap berupaya mengedepankam mindset positif, karena yang namanya lingkungan kerja itu situasional dan dinamis, kadang landai saja kadang bisa sekejap berubah menjadi keras, bahkan jadi toxic.

Nah, kalau kita sedang berhadapan dengan kondisi yang penulis uraikan di atas, ya jalan satu-satunya adalah tetap pada posisi kita untuk konsisten bekerja sesuai jobdesc.

Ambil saja posisi bertahan, percayalah, lingkungan kerja itu bersifat situasional dan dinamis, enggak selamanya lingkungan kerja yang keras ataupun toxic itu konsisten, pasti akan berubah seiring waktu.

Nah, dengan begini, kalau kita lebih mengedepankan kematangan dan kedewasaan berpikir dengan mengutamakan mindset kerja yang positif maka mental kita akan semakin tangguh.

Kedua, ketika lingkungan kerja kondusif, atasan baik, rekan kerja harmonis, ya jangan juga kita terlena dan justru berleha-leha.

Seperti misal, kerja apa adanya saja misalnya, mumpung atasan enak justru kerja seenaknya misalnya, mumpung lingkungan kerja lagi landai justru berleha-leha misalnya, dan sebagainya.

Atau ibarat katanya, ketika kucing pergi, tikus menari-nari, wah, justru yang begini ini lah malahnya yang namanya kena sindrom sawang sinawang, atau dalam artian kita malah salah dalam menerapkan mindset kerja.

Karena kalau begini ya jelas mindset negatif lah yang berlaku, alias justru jadinya adalah kekanak-kanakan, enggak bisa menelaah logika dan nalar berpikir secara dewasa.

Seperti yang penulis uraikan sebelumnya tadi, bahwa lingkungan kerja itu situasional dan dinamis, dapat berubah dengan sekejap mata.

Maka ketika lingkungan kerja bergerak situasional dan dinamis, jangan sampai ketika lingkungan kerja berubah drastis menjadi keras, eh malahnya kena mental dan baperan, ya jadi kena lah yang namanya sindrom sawang sinawang, yang akhirnya mental kerupuk lah yang melanda diri.

Oleh karenanya, ketika lingkungan kerja kondusif, atasan baik, rekan kerja harmonis, maka konsisten saja dengan jobdesc kita, kalau perlu kita lebih militan dalam bekerja, sehingga mental kita tetap terjaga dan semakin imun ketika suatu saat lingkungan kerja tetiba berubah drastis menjadi keras.

Ketiga, wawas berpikir dan wawas bernalar dalam rangka wawas self talking positif agar mindset kerja semakin terlatih dan terbiasa imun.

Ya, maksudnya di sini adalah, enggak ada salahnya kita bernegosiasi dengan diri kita sendiri dengan berbicara yang baik-baik saja kepada diri, baik itu soal penghasilan misalnya, tentang perkembangan karier misalnya, dan sebagainya.

Percayalah, jalan perkembangan karier dan rezeki penghasilan itu, kalau kita memang selalu on the track dan eligible serta militan sesuai mutu dan kualitas pada jobdesc kita, maka kalau memang sudah rezekinya karier kita meningkat, maka rezeki itu enggak akan tertukar dengan orang lain, pokoknya enggak usah negatif thinking soal ini.

Sekali lagi, percayalah, karena ada mata yang tak terlihat menilai dan mengapresiasi kinerja kita secara fair, sekalipun kita merasa apa yang sudah kita kerjakan kok sepertinya hanya dianggap biasa dan enggak diapresiasi tapi yakinlah, semuanya itu hanyalah perasaan kita saja karena kita terlalu negatif thinking.

Jadi, tetaplah fokus pada kinerja, tetaplah konsisten untuk selalu bernegosiasi self talking yang positif dalam rangka tetap on the track pada jobdesc dan fleksibel terhadap lingkungan kerja, serta tetap memiliki mental yang imun dalam situasional dan dinamisnya dunia kerja.

Nah, sekarang pilihannya tinggal ada pada Anda saja, apakah setuju dengan saran penulis dan ikut berjuang bersama penulis dalam menapaki lingkungan kerja yang situasional dan dinamis ini, atau Anda lebih memilih menjadi orang yang kalah, kena mental dan memilih terkena sindrom sawang sinawang, semuanya terserah Anda.

Tapi, setidaknya semoga apa yang penulis bagikan berdasarkan pengalaman ini. Sedikit banyaknya menjadi bekal bersama dalam menapaki karier di dunia kerja.

Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun