Ya, saat itupun suara saya sampai bergetar karena rasa haru saya dan benar-benar sangat menyentuh hati saya, betapa ternyata Opa Tjiptadinata dan Oma Roselina, meskipun sudah bermukim di Australia ternyata tetap cinta Indonesia sebagai tumpah darahnya, biar jauhnya dimanapun dan bagaimanapun Indonesia tidak akan pernah hilang dari kalbu Opa Tjiptadinata dan Oma Roselina.
Ya. Kebersamaan dan kenangan indah bersejarah yang tak akan pernah terlupakan, dan secara khususnya bagi saya momentum Kopdar ini sangat membuat saya haru, mengobati kerinduan saya dan sekaligus mengobati rasa kecewa dan kesedihan saya ketika saya mengingat bagaimana lika-liku kegagalan saya berjumpa Opa Tjiptadinata dan Oma Roselina di Jakarta lalu.
Dalam pertemuan Kopdar yang berharga ini saya menangkap pesan bermakna mendalam yang disampaikan oleh Opa Tjiptadinata yaitu;
1. Menulislah untuk kita sendiri, karena menulis itu merupakan terapi hati dan jiwa bagi kita, bermanfaat melawan pikun, dan membuat otak sehat.
2. Menulislah dengan hati, jangan mengutamakan motif komersialitas belaka, tapi menulislah dengan keutamaan untuk berbagi manfaat kepada orang lain.
3. Menulislah dengan diiringi membaca, karena dengan membaca akan membuat memori pikiran terasah, dan membuat kita bijak dalam menuangkan apa yang akan kita tuliskan.
Ya, begitulah kiranya tiga petuah Opa Tjiptadinata yang bisa saya tangkap di sela-sela obrolan kami semua saat Kopdar tersebut.
Tak lupa dalam Kopdar ini, Opa Tjiptadinata dan Oma Roselina memberikan kenang-kenangan/cinderamata berharga kepada kami semua yang tentunya semakin melengkapi momen Kopdar bersejarah ini.
Ya, betapa luar biasanya Opa Tjiptadinata dan Oma Roselina, jauh-jauh dari negeri Kangguru Australia, dengan usia yang sudah hampir 80 tahun, dan karena saking cintanya kepada Indonesia sebagai tumpah darahnya, tak menyurutkan niat untuk selalu menjalin silaturahmi dan membangun rasa kekeluargaan untuk bertemu langsung dengan kita para Kompasianers.