Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ketahanan Pangan Budidaya Gandum, Kenapa Tidak?

15 Agustus 2022   20:42 Diperbarui: 18 Agustus 2022   08:00 1730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar budidaya gandum | Dokumen foto via Sindonews.com

Masih menurut data BPS juga, ternyata pada tahun 2019, Indonesia resmi menjadi negara pengimpor gandum terbesar di dunia mengalahkan Mesir. 

Total anggaran yang dibutuhkan untuk mengimpor gandum ternyata mencapai sekira 1,6 milliar US Dollar atau Rp 23,2 trilliun ($1 = Rp 14.500) guna mendatangkan tanaman asli sub tropis ini ke Indonesia.

Inilah yang kiranya harus jadi perhatian pemerintah, oleh karenanya dalam hal ini, pemerintah seyogianya dapat mencari solusi dalam rangka ketahanan pangan gandum untuk dapat dibudidayakan di Indonesia, sehingga tidak melulu harus tergantung terhadap negara lain dalam hal impor gandum. 

Ilustrasi gambar budidaya gandum | Dokumen foto via Sindonews.com
Ilustrasi gambar budidaya gandum | Dokumen foto via Sindonews.com

Sebenarnya juga Kementerian Pertanian RI sempat membahas soal prospek pertanaman gandum, hal ini karena beberapa wilayah di Indonesia diperkirakan cocok untuk pengembangan gandum, yaitu di NTT dan sebagian Papua yang memiliki iklim mikro yang cocok untuk pertanaman gandum.

Bahkan, bila merujuk pada data Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Kementan RI, potensi pertanaman gandum paling besar adalah di Papua, yaitu sekira 976 ribu ha, kemudian kalau di NTT bisa dikembangkan sampai sekira 52 ribu ha. 

Namun sayangnya, hingga kekinian prospek budidaya gandum ini tidak ada kejelasan soal keseriusan tindak lanjutnya oleh pemerintah, karena buktinya Indonesia masih saja sangat ketergantungan impor gandum dari negara lain, sehingga yang terjadi adalah terus dan terus mengimpor saja tanpa ada upaya mencari solusi ataupun langkah kongkret untuk mengatasi ketergantungan impor gandum ini.

Padahal Indonesia mempunyai cukup potensi dan sumber daya dari beberapa hasil penelitian prospek seperti tadi yang penulis ulas di atas, tapi pada kenyataannya pemerintah belum bisa memanfaatkan semua potensi soal budidaya gandum ini.

Yang jelas soal gandum ini, pemerintah berperan sangat penting dan juga harus bertanggung jawab agar Indonesia bisa menghasilkan gandum sendiri dan sudah seharusnya juga menyadari bahwa saat ini kondisi Indonesia sudah sangat tergantung terhadap impor gandum, karena yang pasti juga, soal ketergantungan impor gandum ini menyedot APBN dalam jumlah besar.

Oleh karenanya pemerintah dan para pihak berwenang lainnya, termasuk stakeholder harusnya sudah waktunya untuk bersinergi menindak lanjuti ketergantungan impor gandum ini dengan langkah konkret dan mencari solusinya, guna ketahanan pangan soal gandum di Indonesia.

Pemerintah dengan wewenangnya seyogianya harus mengajak semua pihak pemangku kepentingan ataupun stakeholders untuk duduk bersama guna memecahkan bersama soal ketergantungan impor gandum ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun