"Bapak saya adalah PNS seperti Bapak-Ibu sekalian peserta Raker Korpri, dulu Bapak saya berdinas di Satuan Pembekalan Angkutan, tugasnya ya itu bagian kebersihan kantor, bagian tukang sapu-sapu begitulah istilahnya".
 "Makanya saya seperti melihat orangtua saya sendiri, khususnya sosok ayah saya, ketika saya bertatap muka langsung dengan Bapak-Ibu PNS AD yang ada dihadapan saya ini",  ungkap Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurahman di hadapan para peserta Raker Korpri TNI AD, di Mabesad, Kamis, 11 Agustus 2022.
Ucapannya lirih, dan sorot matanya nanar menerawang, ketika ingatannya kembali mengenang tentang sosok ayah yang amat dicintai dan dibanggakannya tersebut, dan kembali tersenyum hingga mengangguk dengan humanis, ketika sorot matanya kembali menatap kami yang ada dihadapannya dengan penuh kebanggaan.
"Jadi, saya sangat tahu, bagaimana perjuangan dan kinerja Bapak-Ibu sekalian demi mendukung tugas pokok TNI-AD, saya tahu benar bagaimana kehidupan PNS di Jajaran TNI AD, namun janganlah pernah berkecil hati, sebagai apapun peran Bapak-Ibu di Satuan Kerja masing-masing yang terpenting itu selalu bersyukur, sebab semuanya punya andil membesarkan TNI AD".
"Seperti halnya ayah saya dan tentunya bersama ibu saya yang harus menghidupi sembilan anak-anaknya, dengan perjuangan yang tidak mudah tentunya, namun yang namanya ketulusan, keikhlasan, dan rasa syukur, kerja sebagai ibadah, akhirnya buktinya apa, ayah saya bisa memetik hikmah dari segala perjuangannya untuk menghidupi saya sekeluarga", tandas Kasad Jenderal TNI Dudung AR.
Oleh karenanya pada kesempatan yang berharga ini, saya akan memberikan hadiah kepada PNS Â jajaran TNI AD, yaitu berupa dukungan Seragam PDL PNS TNI AD dua Stel, Sepatu PDL satu stel, dan Batik Korpri terbaru satu stel, pokoknya tahun ini sudah bisa Bapak-Ibu terima dan tidak hanya itu, semua peserta Raker Korpri TNI AD yang ada dihadapan saya ini, saya sawer 100 dollar per-orang, pungkas Jenderal Dudung yang langsung mendapat apresiasi tepuk tangan, sorak sorai dan sambutan meriah dari kami semua.
Ya, begitulah kurang lebihnya, kesan sisi welas asih yang penulis rasakan dari sosok Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurahman ini, betapa begitu perhatiannya kepada kami PNS TNI AD. Bukan soal nilai pemberiannya, tapi nilai sisi welas asih, kasih sayang, dan bentuk kedekatan serta perhatian yang tanpa tedeng aling-aling.
Apalagi ketika penulis berhadapan langsung dengan beliau ketika menerima cinderamata dari beliau, terasa betul aura welas asih itu, punggung saya ditepuk dan dielus-elus, diajak ngobrol dengan penuh humanis, meskipun hanya sepintas tapi terasa betul penulis diorangkan dan dihargai banget.
Lantas, apa yang bisa dipetik dari sisi welas asih Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurahman ini?
1. Pemimpin memang harus tegas, tapi jangan lupa untuk berbuat kebajikan.
Ya, dalam kesempatan tugas pokoknya sebagai orang nomor satu di jajaran Angkatan Darat, apalagi dengan dinamika perkembangan kekinian, sikap tegas dan keras memanglah harus diterapkan, namun tetap berlandaskan demi kemashlatan orang banyak.
Salah satunya bisa dilihat saat Jenderal Dudung bertugas dilapangan, ketika dirinya mulai mencium gelagat adanya operasi rahasia gerakan intoleransi psikologis yang dimainkan aktor di balik layar terkait Habib Rizieq.
Saat itu, dengan tegas beliau mengambil keputusan memerintahkan para prajuritnya untuk menurunkan baliho-baliho yang disinyalir digunakan untuk menebar teror mental dan psikologis untuk memecah belah persatuan bamgsa dan negara.
Meskipun tindakannya tersebut dinilai kontroversi dan sampai dijuluki Jenderal Baliho, tapi beliau tidak terpengaruh dengan itu, beliau tetap konsisten dan tegas menjalankan tugasnya yang diembannya saat itu.
Tujuannya jelas, mencegah disintegrasi bangsa, dan pastinya soal operasi rahasia gerakan intoleransi psikologis ini sudah berdasar informasi A1 dari anak buahnya di jajaran TNI AD.
Jadi, meskipun tindakannya dinilai sebagaian masyarakat adalah kontroversi, tapi dibalik itu, ada sisi welas asih dan kebajikan untuk mencegah disintegrasi bangsa, untuk menyelamatkan bangsa dan negara dari perpecahan, karena kondisi inilah yang sangat diinginkan oleh para aktor dibalik layar pada saat itu.
2. Pemimpin itu harus humble.
Ya, pemimpin itu haruslah juga humble atau rendah hati, menghargai dan memberi perhatian kepada para bawahan, jangan mentang-mentang pemimpin tapi memperlakukan para bawahan seenaknya dan semaunya.
Bisa dilihat bagaimana begitu dekatnya beliau dengan para Prajurit dan PNS jajaran TNI AD, bahkan hal ini coba ditunaikannya melalui karya lagunya ngopi, meskipun soal ini pun jadi penilaian minor hanya sekadar cari popularitas oleh sebagian masyarakat.
Namun sebenarnya esensi dibalik itulah sejatinya adalah bahwa beliau ingin mengejawantahkan bagaimana pemimpin itu harus humble dan tentunya semua punya cara masing-masing untuk mengkseplornya, termasuk Jenderal TNI Dudung Abdurahman.
3. Pemimpin yang bijak itu harus bisa mengapresiasi kinerja para bawahannya.
Sebenarnya keinginan para bawahan itu tidaklah muluk-muluk, yang penting sudah dapat perhatian dan apresiasi dari atasan, maka itu sudah merupakan bentuk penghargaan.
Ya, pemimpin itu harus bisa mengorangkan, dan menghargai hasil jerih payah kinerja para bawahannya, sehingga para bawahan semakin termotivasi untuk lebih mengoptimalkan lagi kinerjanya.
Begitulah kurang lebihnya yang bisa diambil hikmah dari sisi welas asih Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurahman, bukan pula di sini penulis mengkultuskan sosok beliau, tapi tentunya tidak ada salahnya kalau kita mengayomi sisi welas asih beliau untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian artikel ini, semoga kiranya dapat bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H