Atasan kantor, team leader, manajer, head officer, dan lainnya yang selevel adalah unsur pimpinan yang bukanlah hanya bertindak sebagai pimpinan saja, tapi juga sebagai panutan kantor dan bertanggung jawab juga dalam melahirkan kandidat bibit-bibit calon pemimpin lainnya di kantor.
Sehingga, dalam melakoni posisi pada level pimpinan ini sangatlah dituntut untuk memiliki profesionalitas kompetensi kepemimpinan yang bermutu dan berkualitas.
Namun ternyata, yang jadi masalah itu baik secara disadari ataupun tidak disadari adalah, karena merasa berada dilevel pimpinan justru sikap yang dikedepankan oleh unsur pimpinan kepada bawahan adalah sikap yang tidak elegan, tidak bijak, dan tidak kompeten.
Ya, seringkali sikap merasa paling punya kuasa lah yang lebih diterapkan oleh para atasan, bahkan malah ada yang berlaku karena mentang-mentang berada dilevel pimpinan, justru bersikap semena-mena kepada bawahan, dan parahnya lagi adalah sikap yang tidak menghargai sama sekali kinerja jerih payah para bawahan.
Tak pelak, karena sikap-sikap tidak profesional di atas jadi berdampak signifikan kepada kondisi para bawahan.
Sehingga para bawahan jadi dilanda demotivasi bahkan parahnya kejiwaannya goyah dan kesehatan mentalnya terganggu.
Para bawahan semakin berubah sikap dan kejiwaannya semakin tidak sehat, sehingga timbul lah perilaku sering mengisolasi diri dengan tidak mau berinteraksi dengan yang lainnya di kantor.
Bahkan sering berusaha menarik diri hingga sering menghindar dari atasan karena semakin takut dengan respon kritik atasan, hingga semakin takut ketemu karena dikit-dikit ketemu ataupun interaksi dengan atasan tapi malah dimarahi dan sikap demotivasi lainnya yang memicu stres.
Inilah kesalahan paling mendasar yang sering sekali berlaku pada pejabat kantoran yang berada pada level unsur pimpinan ataupun setingkatnya.