Ya memang sih, tidak ada salahnya juga sih kalau mau gabung EAFF, karena mungkin saja ke depan sepakbola Indonesia bisa lebih maju dan berkembang semakin bagus, apalagi juga EAFF dihuni tim kuat Asia seperti Jepang, Korsel, Cina, maupun Korut.
Setidaknya kalau gabung di EAFF level aroma kompetitifnya sedikit banyaknya lebih bagus dan wawasan untuk menambah dan menimba ilmu lebih bagus.
Tapi kembali lagi, PSSI harus mempertimbangkannya kembali dengan matang dan bijak, kalaupun mau gabung EAFF keputusan PSSI harus berdasarkan kedewasaan dan mengutamakan profesionalitas.
Di samping itu, sebelum memutuskan Indonesia Keluar dari AFF, maka PSSI haruslah juga mempertimbangkan faktor sejarah Indonesia berkaitan dengan federasi AFF.
Biar bagaimanapun, Indonesia adalah pelaku sejarah dan pelopor sejarah berdirinya AFF pada tanggal 31 Januari 1984 di Jakarta bersama 5 negara lainnya yaitu, Brunei, Filipina, Malaysia, Singapura dan Thailand.
Setelahnya baru Negara selanjutnya bergabung yaitu, Kamboja, Laos, Myanmar, Vietnam pada 1996, Timor Leste pada 2004 dan Australia pada 2013.
Nah, masa sih catatan sejarah penting ini harus Indonesia ataupun PSSI abaikan tanpa pertimbangan logis dan profesional terkait alasan meninggalkan AFF dan gabung ke EAFF.
Sebenarnya juga sih peran Indonesia lah yang seharusnya lebih aktif lagi dalam rangka ikut serta mengelola Federasi AFF, apalagi sudah jelas bahwa Indonesia adalah salah satu pelopor berdirinya AFF.
Kalaupun ada hal-hal yang perlu dievaluasi ataupun diperbaiki soal federasi ya harusnya dibicarakan dan urun rembug bersama, jangan juga alasannya mengedepankan idealisme ataupun ego, mutung ataupun ngambek.
Ya, persaingan di lapangan itu sebaiknya janganlah sampai dibawa juga persaingan itu ke level federasi ataupun organisasi, sebab kalau level federasi itu ya levelnya itu pembicaraan bijak organisasi dalam rangka kemajuan bersama di Asia Tenggara.