Pertama, setiap saya mulai mengeluhkan soal kondisi saya bekerja di kantor, saya kembali mengingat, memaknai dan meresapi bagaimana dulu perjuangan saya saat dulu masa-masa sulit saya ketika mencari kerja.
Saya ingat, betapa sulitnya perjuangan saya saat itu, beberapa kali lamaran kerja saya di-ghosting rekruter, beberapa kali saya kena prank usai interview, bahkan beberapa kali saya sudah masa percobaan bekerja tapi saya malah enggak jadi direkrut.
Ya, ketika saya kembali mengingat masa-masa sulit saya ini, saya jadi tersadar kembali, sehingga menyadari, memaknai dan meresapi, bahwa ternyata saya harusnya bersyukur dan menghargai apa yang sudah saya perjuangkan  sampai sekarang ini dengan segenap daya upaya.
Kedua, setiap saya mulai mengeluhkan soal kondisi saya bekerja di kantor, saya menengok ke bawah ataupun menyadarkan pikiran dengan melihat bagaimana perjuangan orang lain di luar sana.
Bahwa ternyata secara realitanya, masih banyak di luar sana yang sedang bekerja keras untuk beradu nasib mencari kerja di tengah kerasnya persaingan dunia kerja kekinian.
Ternyata saya masih lebih beruntung, padahal di luar sana masih banyak yang belum beruntung untuk mendapatkan pekerjaan, masih banyak yang jatuh bangun mencari kerja dengan segala daya upaya.
Mungkin kalau di kondisikan saat  sekarang bertukar tempat dengan posisi saya, maka akan dengan senang hati mereka mau bertukar tempat dengan saya.
Ketiga, setiap saya mulai mengeluhkan soal kondisi saya bekerja di kantor, maka saya menyadari bahwa setiap pekerjaan dalam bekerja itu ada kalanya ketemu susahnya dan ada kalanya ketemu senangnya, ada sukanya dan ada dukanya.
Susah dan dukanya harus saya pedomani sebagai pembelajaran instrospeksi diri dan tahu diri, serta berupaya dengan segenap daya untuk menguatkan mental agar ke depan lebih baik lagi.
Senang dan sukanya, saya jadikan motivasi untuk membangkitkan selera dan semangat saya untuk tetap menjaga kebereksistensian dan konsistensi saya dalam menekuni pekerjaan.
*****