Memang menyakitkan sih ketika menerima kenyataan bahwa Timnas Sepak bola Indonesia U-19 harus tersingkir dan gagal melaju ke semi-final Piala AFF U-19 tahun 2022.
Padahal para garuda muda ini performancenya lagi panas-panasnya, tapi apa hendak dikata, regulasi AFF adalah head to head, bukan selisih gol, sehingga mengandaskan langkah Indonesia.
Meski membantai Myanmark dengan skor telak 5-1, dan memiliki selisih gol yang jauh lebih baik, tapi garuda muda harus menelan pil pahit, kalah head to head dengan Thailand dan Vietnam yang bermain Imbang 1-1.
Ya, wajar kalau masyarakat Indonesia sangat kecewa, dan sampai menuding ada main mata ataupun kongkalikong yang dipraktikan oleh Thailand dan Vietnam, ada perilaku dengan sengaja tapi sedikit tak tampak tak kasat mata menyingkirkan Indonesia.
Tapi, sudahlah, jangan tuduh Thailand-Vietnam enggak Fair, jangan vonis mereka memainkan sepak bola gajah, karena belum tentu juga apa yang dituduhkan itu benar, meskipun sepertinya itu terlihat benar.
Meskipun juga, ada kecurigaan mengarah bahwa Thailand dan Vietnam tidak fair dan tidak menjunjung tinggi sportivitas, tapi ya sudahlah, sebaiknya yang lebih elegan itu adalah PSSI segera instrospeksi diri dan berbenah.
Lebih baik Indonesia berlapang dada, berjiwa besar dan sportif, dan segera melakukan evaluasi dan berbenah untuk menatap visi misi ke depan bagi ajang-ajang kejuaraan yang berikutnya.
Terpenting, tim garuda muda sudah berjuang dengan luar biasa hingga berdarah-darah, dan sudah berupaya maksimal demi mengharumkan Indonesia.
Biar bagaimanapun pengharggaan tertinggi atas perjuangan tersebut patutlah diapresiasi kepada garuda muda dan seluruhnya, termasuk pelatih Shin Tae Yong dan tim official, oleh karenanya janganlah dihujat dan janganlah dihina.
Menerima kenyataan pahit dan meredakan amarah, serta sakit hati itu memanglah sulit, tapi apa hendak dikata, memanglah harus diterima secara lapang dada.
Lantas juga, bolehkah PSSI mengajukan komplain untuk investigasi terkait adanya kecurigaan bahwa Thailand dan Vietnam ada main mata sengaja menyingkirkan Indonesia, ya tinggal dari PSSI saja mau menindak lanjutinya atau tidak.
Namun yang jelas, dalam hal ini, tidak usahlah saling menyalahkan dan cari kambing hitam atas kegagalan Timnas Indonesia U-19 di ajang Piala AFF U-19 tahun 2022 ini.
Lagian juga percuma bikin habis energi, sebaiknya, ya menatap ke depan secara visioner, ke depan Indonesia harus apa dan harus bagaimana, adalah hal pokok dan prinsip agar ke depan lebih baik lagi.
Lalu, apa yang bisa dilakukan PSSI.
1. Evaluasi keseluruhan terkait keterlibatan Indonesia di ajang Piala AFF U-19 tahun 2022.
Kalau boleh saran sih, PSSI harus melakukan evaluasi secara keseluruhan terkait keterlibatan Indonesia dalam ajang Piala AFF U-19 tahun 2022 ini.
Ya, evaluasi terkait Indonesia sebagai tuan rumah, evaluasi Timnas U-19 dan juga dari PSSI nya sendiri terkait bagaimana meningkatkan pembinaan sepak bola nasional di semua segmen umur. Termasuk juga pembinaan soal kompetisi.
Secara keseluruhannya apa yang menjadi masalah-masalah di cek list, lalu dibenahi dan dicari solusinya agar ke depannya lebih baik lagi dan tidak ada kata terlambat kalau PSSI memang serius memajukan sepak bola nasional.
2. Visioner terkait kesiapan PSSI dalam setiap ajang kejuaraan dan kompetisi.
Ya, dalam hal ini, tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pengakhiran dalam setiap ajang kejuaraan haruslah dimatangkan betul-betul oleh PSSI.
Contohnya seperti salah satu kasus di Piala AFF U-19 tahun 2022 ini misalnya, masa sih hal remeh temeh saja soal aturan head to head kok PSSI sampai enggak tahu, kok sedari awal bisa luput, kok malah tahunya dari tetangga, sampai masyarakat pun jadi bingung yang mana aturannya yang benar.
Seharusnya kan soal aturan main secara keseluruhan begini ini enggak perlu lagi diperdebatkan, sudah disosialisaikan oleh PSSI jauh hari sebelumnya, kalau memang sudah aturannya seperti itu.
Itu baru hal kecil saja kan, belum lagi kalo menyoal secara keseluruhan bagaimana PSSI menjalankan tugas pokoknya terhadap sepak bola nasional.
Intinya, kesiapan PSSI dalam setiap ajang kejuaraan dan kompetisi dan dalam rangka membina sepak bola nasional haruslah benar-benar dimatangkan.
3. Membina supporter.
Ya, pembinaan serius dan terorganisir terhadap supporter ini, sepertinya masih agak luput dari pandangan mata PSSI, padahal supporter ini adalah aset yang sangat berharga.
Bisa dilihat saja dalam ajang Piala AFF U-19 ini, tidaklah semua negara yang supporternya membkudak dan yang seantusias supporter Indonesia mendukung tim junior. Bahkan dalam setiap ajang kejuaraan dan kompetisi, supporter Indonesia membludak.
inilah yang seharusnya bisa menjadi perhatian dan pemikiran khusus PSSI, bagaimana sih baiknya membina aset berharga ini, bagaimana sih baiknya mendewasakan supporter ini, bagaimana sih memberdayagunakan supporter ini, dan masih banyak lagi kalau bisa melihat sisi invisible dari supporter ini.
-----
Nah, inilah kira-kiranya yang bisa penulis sarankan, mudahan saja masukan ini dapat terbaca oleh PSSI dan setidaknya di sini ada upaya juga dari penulis demi kemajuan sepak bola Indonesia.
Ya, di depan sana masih banyak yang harus kita tatap secara visioner, terkait langkah emas Indonesia untuk semakin lebih baik lagi. Mudahan saja sepak bola Indonesia semakin maju, dan menorehkan tinta emas sejarah dalam setiap langkahnya. Amin.
Seperti cuplikan lagu yang dipopulerkan Bondan Prakoso.
"Ketika mimpimu, yang begitu indah, taj pernah terwujud, ya sudahlah. Saat kau berlari mengejar anganmu dan tak pernah sampai, ya sudahlah".
"Apapun yang terjadi ku kan slalu ada untukmu. Janganlah kau bersedih. Cause everything's gonna be okay".
Maju terus Indonesia, sepak bola Indonesia Jaya, jaya, jaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H