Akhirnya apa, Kita semakin dapat teguran, hingga berlanjut dapat surat peringatan, Kita malah jadi semakin enggak betah kerja di kantor, dan membuat produktivitas dan kinerja Kita di kantor semakin menurun sangat drastis.
Ketika kantor semakin melihat kondisi Kita, akibat dari Kitanya sendiri yang terus-terusan berlaku seperti itu, ujung-ujungnya Kita malah sampai di non-job kan atau malah lebih parah lagi, berakhir tragis! Kita malah dipecat.
Dari Kita sendirilah yang seolah-olah merasa paling gagal di antara yang lainnya, hanya kita sendirilah yang paling menderita dan yang paling patut dipersalahkan dari kegagalan Kita soal kerjaan kantor.
Dan inilah sejatinya, kondisi dimana Kita sedang menghakimi diri kita sendiri dengan berbagai label prasangka ketidakmampuan, kita semakin melukai diri Kita sendiri dengan berbagai label wasangka kelemahan.
Padahal, belum juga berbuat apa-apa, tapi Kita sudah merasa kalah, belum juga gigih berjuang tapi Kita sudah merasa tidak mampu. Akhirnya malah semakin "Kena Mental"
Ya, Kita harus Gigih!
Gigihlah dari kegagalan, lalu unjuk gigilah setelahnya!
Inilah seharusnya prinsip yang terpatri dalam diri Kita untuk mencoba lagi dan terus mencoba lagi dalam rangka memperbaiki kesalahan yang mengakibatkan kegagalan tersebut dengan berkaca dari kegagalan sebelumnya, begitulah seharusnya perjuangan Kita dalam rangka menebus kegagalan Kita ini.
Setiap kegagalan dalam pekerjaan Kita itu sebenarnya adalah logis dan wajar saja, dan tentunya kegagalan tersebut ada orang lain yang juga pernah mengalaminya dan tentunya ada pula yang mampu bangkit dari kegagalannya tersebut.
Artinya di sini, bercerminlah Kita kepada orang lain di sekitar Kita yang berhasil menempa dirinya dengan gigih untuk bangkit menebus kegagalannya, jangan memanuti orang yang meratapi kegagalannya, maka akan semakin terbawa terpuruklah Kita.
Kalau orang lain bisa gigih menempa kegagalannya, kenapa kita enggak bisa?