Jangan hanya mengedepankan faktor kepentingan belaka tapi menjual murah martabat etika politik, bahkan cara haram pun digunakan.
Sebab, faktor kepentingan itu sangat mudah terbaca, sudah Basi!
Masyarakat itu sudah banyak yang kritis, kalau hanya soal kepentingan gampang banget ketahuan! Mau bikin drama politik dengan skenario bagaimanapun kalau sudah soal kepentingan, gampang banget ditebak arahnya kemana.
Halal jadi haram pun bisa saja terbaca!
Yang jelas, dari sependek wawasan penulis, etika komunikasi politik itu sejatinya mengedepankan tata nilai dalam berbagai peristiwa politik, etika komunikasi politik para elite politik kepada khalayak publik adalah yang berperan sebagai hierarki tertinggi dalam kehidupan sosial.
Dan termasuk juga menyangkut bagaimana pesan politik yang dibangun dalam saluran politiknya masing-masing.
Para elit politik sebagai pelaku komunikator politik adalah figur yang berperan selaku penyampai dan pembentuk pesan bagi khalayak publik.
Sehingga dampak dari hasil penyampaian dan pembentukan pesan politik adalah bukan hanya linear atau satu arah saja, ataupun interaksi sebab akibatnya bukan hanya sebatas bagaimana soal feed back atau umpan balik dari kelompoknya saja, tapi terjadi secara khalayak publik.
Itulah sebabnya mengapa pengaruh elite politik sebagai publik figur sangat berdampak bagi kedewasaan politik khalayak publik.
Kalau para elite politiknya "ndableg" dalam penyampaian dan pembentukan pesan politiknya, ya terang saja akan semakin memberi dampak buruk bagi khalayak publik.
Jadi jangan salahkan juga kalau dari hasil dari "kendablegkan" pembentukan dan penyampaian pesan politik tersebut justru menuai kritikan pedas dari khalayak publik.