Tapi, seberapakah keikhlasan diri dalam memberterimaan diri tersebut terdapat pada kita, yang pasti dalam hal ini, kembalinya adalah kepada hati masing-masing.
Inilah juga kenapa penulis sampai harus menyoal, kalau memafkan masih lain dibibir lain dihati, benarkah kita pemaaf?
Yang jelas, setiap orang tentunya memiliki tingkatan keikhlasan diri dan keberterimaan diri yang berbeda dalam hal memaafkan tersebut.
Dan semuanya tergantung seberapa tinggi juga ilmu keberterimaan diri dan ilmu ikhlas masing-masing. Ada yang mampu memaafkan dengan ikhlas secara lahir dan batin dan ada yang masih memaafkan secara lain dibibir tapi lain dihati.
Dan tentunya yang jadi harapan itu adalah, mudah-mudahan saja kita semua adalah termasuk golongan pemaaf, yang mampu memaafkan dengan keberterimaan diri dan keikhlasan diri secara lahir dan batin. Amin.
Demikian artikel singkat ini, sekiranya masih banyak kekurangannya, penulis mohon maklum, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H