Artinya, memaafkan kesalahan atau kekhilafan orang yang pernah melukai hati kita itu adalah sesuatu hal yang sangat begitu berat dan sulit.
Bahkan, umumnya yang sering berlaku itu adalah, kita bisa memaafkan, tapi sebenarnya masih hanya dibibir saja, karena hati kita belum bisa memaafkan.
Atau dengan artian lain, dalam prosesnya, setiap orang tetap bisa memaklumi luka hati ataupun sakit hatinya atas perbuatan kesalahan ataupun kekehilafan orang lain.
Tapi apa yang pernah diperbuat oleh orang tersebut tetap tidak akan pernah kita lupakan, karena bekas lukanya masih meninggalkan jejak kenangan dalam ingatan.
Nah, kalau sudah begini, benarkah kita adalah pemaaf?
Kalau penulis sih, tak berani menahbiskan diri sebagai pemaaf, sementara ini penulis hanya berani menyatakan diri sebagai orang yang pemaklum, tapi tentunya penulis akan selalu berusaha untuk bisa masuk dalam kategori pemaaf ini, mudaha-mudahan.
Bahkan, bila memang sekiranya penulis harus menorehkan luka hati kepada orang lain, baik itu dengan sengaja dan mungkin secara tidak disengaja, maka penulis akan memaklumi kalau sekiranya apa yang penulis lakukan tersebut tidak dimaafkan ataupun termaafkan.
Ya, meminta maaf ataupun memohon maaf atas kesalahan ataupun kekhilafan kita yang pernah melukai hati orang lain itu memang terlalu mudah banget.
Tapi belum tentu permintaan dan permohonan maaf tersebut dapat mudah diterima begitu saja, baik itu secara lahir dan batin.
Jadi, sampai di sini juga, maka ketemulah sudah, bahwa soal maaf itu sejatinya adalah sangat tergantung kepada keikhlasan diri dalam memberterimaan diri.