Utsman Bin Affan adalah seorang Khalifah, Amirul Mukminin, dan juga saudagar kaya raya yang sangat dermawan dan terbiasa hidup sederhana.
Utsman Bin Affan r.a. adalah juga orang ketiga yang meneruskan roda pemerintahan islam setelah Rasulullah SAW wafat, sebelumnya roda pemerintahan islam dipimpin oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. dan Umar Bin Khatab r.a.
Salah satu kedermawanan Utsman bin Affan yang patut diteladani.
Ketika kaum muslimin hijrah dari kota Makkah ke kota Madinah mereka dihadapkan pada masalah kesulitan air di mana pada saat itu di Madinah ada sebuah sumur, namun ternyata sumur tersebut milik seorang Yahudi dan sengaja airnya diperdagangkan.
Sehingga hijrahnya kaum muslimin ke Madinah ini juga amat menggembirakan bagi orang Yahudi tersebut, karena hal ini memberinya kesempatan memperoleh uang yang banyak dari hasil penjualan air dari sumurnya.
Oleh karenanya pada saat itu Rasulullah SAW sangat mengharapkan ada salah seorang sahabat yang mampu membeli sumur tersebut dalam rangka meringankan beban kaum Muhajirin yang telah menderita karena harta benda mereka ditinggalkan di Kota Makkah
Mengetahui kejadian hal ini Utsman bin Affan bergegas pergi ke rumah orang Yahudi tersebut untuk membeli separuh sumur tersebut dan setelah terjadi tawar-menawar maka disepakatilah harga separuh sumur itu adalah 12.000 Dirham, dengan perjanjian 1 hari menjadi hak orang Yahudi itu dan keesokan harinya adalah hak Utsman bin Affan atas sumur tersebut.
Pada saat hak pakai Utsman bin Affan kaum muslimin bergegas mengambil air yang cukup untuk kebutuhan 2 hari dengan demikian si Yahudi merasa rugi, karena pada giliran berikutnya tidak ada lagi kaum muslimin yang membeli air pada orang Yahudi tersebut
Dan mengeluhlah orang Yahudi tersebut kepada Utsman dan akhirnya menjual separuhnya kepada Utsman dengan harga 8000 Dirham dan akhirnya sumur itu mengalirkan air yang melimpah bagi kaum muslimin secara gratis.
Pelajaran yang bisa diteladani.
Ya, memang kelihatannya memberikan manfaat kepada orang lain, membantu dan menolong sesama itu membuat waktu tersita, harta berkurang, tenaga dan pikiran terforsir, namun sesungguhnya saat kita memberikan manfaat kepada orang lain pada hakikatnya kita sedang menanamkan kebaikan untuk diri kita sendiri, karena jika kita menolong orang lain Allah akan menolong kita.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman;
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai. QS Al-Isra:7
Jadi, sejatinya jika kita menolong dan membantu sesama, pertolongan dari Allah bukan sekedar di dunia tetapi juga di akhirat, jika kita memberikan manfaat kepada orang lain Allah memudahkan kita bukan hanya dalam urusan dunia tetapi juga pada hari kiamat kelak.
Lantas dengan cara apa kita memberikan manfaat kepada orang lain?
Dalam bentuk nafi'un lighoirihi yaitu;
1. Dengan ilmu.
Yakni ilmu yang dianugerahkan Allah kepada kita, dibagikan kepada orang lain, kita mengajari orang lain dan memberdayakan mereka.
Dan ilmu ini tidak terbatas pada ilmu agama saja, tetapi juga ilmu dunia, baik berupa pengetahuan keterampilan hidup serta keahlian dan profesi.
2. Dengan harta.
Memanfaatkan harta yang dianugerahkan Allah untuk membantu sesama, seperti yang wajib tentu saja adalah zakat ketika harta itu telah mencapai nishab dan haulnya dan setelah zakat ada infaq maupun sedekah yang memiliki ruang luas dan tak terbatas.
3. Dengan waktu dan tenaga.
Yakni ketika kita mendengar keluhan orang lain, kita bisa membantu mereka melakukan sesuatu, membantu menyelesaikan urusan mereka dan sebagainya.
4. Dengan tutur kata.
Yakni perkataan kita yang baik, yang memotivasi, yang menenangkan, yang meladan dan mengajak kepada kebaikan.
5. Dengan sikap.
Sikap yang paling mudah adalah keramahan kita kepada sesama serta senyum kita di depan orang lain, terlihat sederhana dan mudah dilakukan, namun yang begitu juga termasuk memberikan kemanfaatan kepada orang lain
Tentunya, jika kelima hal nafi'un lighoirihi itu dilakukan dengan ikhlas, maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan dan pahala.
Sebagaimana firman Allah SWT;
Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah pun ia akan mendapatkan balasannya. QS. Al-Zalzalah : 7
Demikianlah kiranya artikel ini, bukan bermaksud mengajari, tapi semoga bermanfaat dalam menjadikan diri kita bersama dalam rangka menebar kebaikan yang banyak dalam kehidupan.
Apapun yang telah kita berikan untuk membantu dan menyelamatkan orang lain hakikatnya adalah kita menolong dan membantu menyelamatkan diri kita sendiri dari segala kesulitan dan kesempitan.
Referensi kisah teladan dari berbagai sumber.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H