Wah, geng di sekolahan, hm saya juga punya dong, bahkan mulai dari SD, SMP, SMA bahkan hingga lulus kuliah saya punya geng sekolah dan geng kampus.
Mengingatnya kembali penulis malah bernostalgia dan jadi kangen dengan teman-teman penulis satu geng dahulu, banyak suka duka, banyak kelucuan dan canda tawa, dan berbagai pengalaman asyik lainnya, hohoho.
Soal geng sekolah dan kampus ini ya macem-macem sih jenis gengnya, ada geng yang kumpulannya anak sepakbola, ada geng yang kumpulannya anak basket, lalu ada geng belajar, geng les privat, dan tidak ketinggalan juga ada gang yang kumpulannya anak yang bandel-bandel.
Tapi yang jelas, dalam hal ini penulis, enggak pernah kumpul ataupun gabung sama geng yang kumpulannya anak nakal dan bandel-bandel.
Dan setiap mau gabung sama suatu geng sekolah ataupun geng kampus penulis selalu melihat latar belakang tujuannya dibentuknya geng.
Apakah dibentuk untuk tujuan yang positif ataukah hanya untuk sekedar gaya-gayaan saja dan enggak jelas juntrungannya, bahkan secara personalitas dalam keanggotaannya penulis juga selektif.
Yang jelas, kalau hanya sekedar untuk gaya-gayaan doang dan enggak jelas apa tujuannya, penulis enggan bergabung, diajak pun penulis akan berusaha menampiknya.
Apalagi kalau isinya kumpulan personal yang ekstrim, bandel dan nakal, biarpun dipaksa, penulis akan bersikeras menolaknya dan menghindarinya
Nah, kalau gengnya punya tujuan positif, seperti misal untuk saling menumbuh-kembangkan bakat dan potensi, olahraga misalnya, bermusik misalnya, hingga untuk saling menambah pengetahuan dan wawasan pelajaran dan mata kuliah, barulah penulis mau bergabung.
Ngapain juga coba, gabung sama geng yang enggak jelas, apalagi yang isinya anak nakal dan bandel-bandel, bisa-bisa malah kebawa nakal dan bandel juga kan, iya enggak.
Bukannya ini berarti pilih-pilih soal geng, teman ataupun lingkungan pergaulan, tapi di sinilah pentingnya juga memilih dan memilah teman dan lingkungan pergaulan.
Karena kalau sekiranya tidak cermat dan akhirnya jadi salah memilih lingkungan pergaulan, bisa-bisa malah terjerumus ataupun tersesat ke dalam lingkungan pergaulan yang negatif.
Dan kalau sudah begini, ya diri sendirilah bakalan yang jadi merugi, masa depan jadi hancur berantakan, istilahnya "Madesu" atau masa depan surem.
Soalnya, tak sedikit juga sih saat dulu waktu di SMA dan Kampus, ada saja teman-teman penulis yang justru putus sekolah hingga drop out dari kampus gegara salah bergabung geng dan salah dalam lingkungan pergaulannya karena bergabung dengan geng yang isinya anak-anaknya suka mabok dan ngobat.
Bahkan ada juga yang justru terlibat tindak kriminal, jadi pengedar narkoba hingga tindak kriminal lainnya dan parahnya juga ada yang tragis nasibnya mati konyol gegara overdosis narkoba.
Inilah yang jadi alasan pentingnya dan sekiranya yang penulis pertimbangkan dan penulis wanti-wanti banget sebelum masuk bergabung dalam suatu geng, dan inilah juga yang jadi pesan tegas penulis kepada adik-adik yang masih sekolah dan juga yang masih kuliah.
Tentunya enggak ada salahnya jugakan, sambilnya juga penulis bernostalgia tapi sekaligus juga memberi saran yang baik dan bermanfaat soal geng sekolah maupun kampus.
Demikianlah kiranya artikel singkat ini, semoga dapat bermanfaat.
Salam hangat.
Sigit Eka Pribadi.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H