Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Seberapa pun Pernah Gagal, Itulah Solusi bagi Keberhasilan

25 April 2021   07:54 Diperbarui: 26 April 2021   15:37 2006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gagal dalam mencapai sesuatu hal, baik itu soal target ataupun visi dan misi, baik itu juga dalam hal pekerjaan, perkembangan karier, dalam hal cita-cita dan lainnya, sebenarnya adalah hal yang logis dan wajar.

Bahkan umumnya setiap yang berhasil itu sering sekali sebelumnya adalah karena mampu bangkit dan belajar dari fase kegagalan.

Buah dari kegagalan inilah yang sejatinya akan jadi warning kalau sekiranya kita akan memulai langkah selanjutnya agar tidak jatuh ke dalam lubang kegagalan yang sama.

Baik itu penulis dan mungkin Anda, maka setiap orang pasti punya cerita kegagalannya masing-masing, ada yang mampu bangkit dari kegagalan tersebut dan ada yang semakin terpuruk karena meratapi kegagalannya.

Yang jelas di sini penulis menegaskan, kegagalan itu bukan untuk diratapi bukan untuk disesali, bukan jadi alasan pembenaran untuk men-judge kemampuan diri yang buruk dan melemahkan diri sendiri.

Ilustrasi gambar gagal dan sukses via erabaru.net
Ilustrasi gambar gagal dan sukses via erabaru.net

Kegagalan itu harus jadi pelajaran hidup, sebab kenapanya gagal harus berubah jadi solusi untuk menebus kegagalan tersebut, selalu belajar, dan wawas dari setiap prosesnya.

Seperti halnya dari pengalaman penulis sendiri, kalau bicara soal kegagalan ini, mungkin sudah ratusan kali penulis pernah mengalami kegagalan, seperti di antaranya yang penulis sampaikan berikut ini;

Dulu sempat memang penulis merasa putus asa dan men-judge terkait ketidakbisaan kemampuan diri dan itu wajar saja kalau ketidakberterimaan itu melanda, karena semua itu memang butuh proses pendewasaan logika berpikir untuk bangkit.

Pernah dulu pada saat melamar kerja, ratusan kiriman surat lamaran kerja ditolak rekruter, puluhan interview gagal, tapi penulis tidak pernah kapok.

Justru penulis menelaah sebab kenapanya dari semua kegagalan melamar kerja dan interview, sehingga untuk berikutnya jadi tahu kalau melamar kerja itu harus apa, kalau intervew itu harus apa.

Lalu saat sudah keterima kerja jadi sales, penulis juga pernah gagal capai target, sering gagal closing customer, bahkan pernah sudah inden produk tapi dibatalkan, di sini pun penulis nggak pernah kapok, penulis selalu mencari sebab kenapanya dan mencari solusi dari penyebab kegagalan tersebut.

Saat gagal mencoba peruntungan ikut tes CPNS, penulis juga belajar dari sebab kenapa bisa gagal lulus CPNS, akhirnya pada tes CPNS berikutnya penulis berhasil lulus dan jadi PNS hingga sekarang ini.

Inilah sekiranya di antaranya beberapa kegagalan dari sekian ratus kegagalan yang pernah penulis alami.

Tapi yang jelas, dari seberapapun penulis pernah gagal, penulis pantang menyerah, nggak pernah berhenti mencoba untuk berhasil pada kesempatan berikutnya.

Seberapa pun pernah gagal, itulah solusi bagi keberhasilan. Terus mencoba, terus mencari solusinya agar tidak gagal dalam percobaan dan langkah berikutnya.

Itulah pelajaran hidup dari berbagai kegagalan yang pernah penulis alami. Gagal bukan berarti akhir dari segalanya, gagal itu merupakan proses bagi pendewasaan diri untuk tidak lari dari realita.

Ilustrasi gambar via Dakwatuna.com/Inet.com
Ilustrasi gambar via Dakwatuna.com/Inet.com
Dari pengalaman kegagalan penulis ada beberapa hal yang jadi prinsip penulis bila kegagalan itu harus meliputi diri di antaranya seperti;

1. Merelevansikan kegagalan.
Merelevansikan kegagalan ini adalah dalam rangka proses berpikir logis dan rasional, serta proses keberterimaan diri dengan realita.

2. Merekondisi diri.
Merekondisi diri adalah proses instrospeksi diri dan proses membangkitkan kemauan diri dalam rangka mencari sebab kenapanya dan menebusnya dengan solusi.

3. Merekonstruksi optimisme.
Di sinilah puncaknya, realistis untuk melangkah ke fase selanjutnya dengan optimis, bahwa setelah belajar dari kegagalan, ke depan harus optimis bisa menebusnya.

Kalau optimisme ini tertanam dalam diri, maka sugesti diri untuk mampu menebus kegagalan dan berbuat yang terbaik untuk percobaan dan langkah selanjutnya akan semakin kuat.

Lalu buktinya apa?

Ya itu tadi, seiring berproses dan belajar di antara kegagalan demi kegagalan yang pernah penulis alami, pada akhirnya penulis berhasil keterima kerja, mampu jadi sales handal dan alhamdulillah bisa jadi PNS hingga sekarang ini.

Ilustrasi gambar dokumen pribadi
Ilustrasi gambar dokumen pribadi
Nah, inilah kiranya yang bisa penulis sampaikan melalui artikel ini, dan satu inti pesan yang dapat penulis sampaikan adalah, seberapa pun pernah gagal, itulah juga ke depan yang akan jadi solusi bagi keberhasilan.

Demikian artikel singkat ini, semoga dapat bermanfaat.

Sigit eka pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun