Alhamdulillah, istri saya ternyata setuju untuk memelihara si Jonjay, sempat juga agak ragu dan takut-takut sih kalau istri nggak setuju, namun ternyata istri saya setuju juga untuk memelihara kucing kecil ini yang akhirnya saya beri nama Jonjay ini, enggak tahu juga kok jadi Jonjay saya namai dia, ya terbersit gitu aja sih.
Singkat cerita, ternyata si Jonjay sangat betah banget tinggal bersama kami, bahkan dulunya dia masih kecil, kurus banget, dan dulunya masih lincah dan gesit karena masih singset, sekarang tubuhnya makin tambun, tapi tetap saja si Jonjay ini menggemaskan banget, beda banget sama saya yang tetap kurus, hohoho.
Kalau saya pulang kerja, si Jonjay ini langsung datang menyambut saya dengan rayuan meongnya dan polah ndesel-ndeselnya minta disayang, bahkan saya pun jadi sering kangen sama tingkah polah si jonjay ini kalau saya pas kena kerja dinas luar.
Jadi bahagia rasanya, kami melihat si Jonjay bisa tumbuh dewasa di keluarga kami, meskipun si Jonjay hanyalah kucing yang pernah saya pungut, tapi dia sudah jadi bagian dari keluarga kami.
Memungut iba dan welas asih berbuah kasih sayang.
Ya begitulah yang bisa saya petik dari hikmah memungut si Jonjay ini, betapa ternyata rasa welas asih itu bisa tumbuh kepada binatang, seperti ada suara Tuhan melalui hati dan nurani saya untuk menyayanginya dengan ikhlas.
Inilah juga yang menyebabkan saya nggak habis pikir dan prihatin kalau menyikapi adanya berbagai berita tentang penyiksaan dan pembunuhan kucing secara keji, kok tega banget ada yang bertindak seperti itu.
Padahal binatang pun punya hak untuk hidup yang semestinya, punya hak juga memperoleh kasih sayang dari manusia di antara sesama makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ya, mudahan saja perilaku-perilaku keji terhadap kucing tidak lagi terulang, dan mudahan pelakunya yang sudah tertangkap dapat diproses sesuai hukum yang berlaku, karena memang ada aturan hukumnya yang mengatur soal itu.