Jadi, tidaklah salah kalau kita memiliki ekspektasi yang tinggi dalam pembawaan diri, tapi ekspektasi tinggi tersebut ya harus realistis, kalau terlalu ketinggian juga dan nggak realistis ya mimpi di siang bolong itu namanya.
Untuk apa sih ada ekspektasi ini, ya untuk menumbuhkan motivasi dan keyakinan, bahwa kita punya cita-cita, kita punya tujuan dan arah yang jelas dalam hidup, dan eksekusinya adalah dengan tindakan nyata, maka berjalan saja dengan kekuatan tujuan, dekati hidup dengan tujuan, dan masuki ruang dengan tujuan, bawa ekspektasi itu secara realistis ke dalam diri.
Jadi dengan meresapkan ekspektasi ke dalam pembawaan diri ini, kita memberi diri kesempatan yang adil pada diri, untuk meningkatkan potensi diri dan mengeksplor diri dalam melakoni kehidupan sehari-hari.
3. Meresapkan optimisme ke dalam pembawaan diri.
Jika Anda berpikir Anda tidak pantas mendapatkan apa pun dalam hidup, maka Anda hanya akan menjadi orang yang selalu pandai menilai orang lain saja, tapi jadi selalu pesimis dan nggak yakin kalau pada diri sendiri, padahal sejatinya, Anda punya potensi untuk jadi inovator dan kreator hebat.
Jadi ya optimis saja, pokoknya jangan sekali-kali mencetuskan kita nggak bisa sebelum dicoba, percaya saja pada kemampuan Anda sendiri, meskipun untuk menjalani kehidupan yang sukses dan mencapai tujuan Anda, akan ada banyak hal yang tidak selalu berjalan sesuai rencana, ya optimis saja dan percayalah pada satu kesempatan, akhirnya Anda akan tahu bahwa ternyata ada kualitas kemampuan unik yang ada pada diri Anda.
*****
Yang memegang kendali atas pikiran kita adalah kita sendiri, kita adalah Nakhoda atas diri sendiri, sehingga terkait bagaimana mengarahkan kemudinya ke arah mana, pilihannya ada pada kita sendiri.
Memang terkadang tanpa sadar ataupun secara sadar, kemudi itu bisa saja berbelok arah, akibat kita lemah memegang kendalinya, sehingga akhirnya kita masuk ke dalam suatu"pusaran cobaan" yang namanya victim mentality ini.
Namun demikian, bukan berarti kita harus semakin lemah dan semakin masuk ke dalamnya, selama masih ada peluang untuk lepas dari victim mentality ini, ya satu satunya jalan adalah pegang kuat-kuat kendali pikiran anda.
Pegang dengan apa, ya itu tadi, kembali pada prinsip jati diri, punya ekspetasi dan optimisme dalam pembawaan diri sebagai pengejawantahan diri dalam melakoni kehidupan sehari-hari.