"Jadi intinya, Sigit, Kamu saya usulkan ke Komando Atas untuk dirotasi mengepalai Bidang Humas dan Media."
"Sebab, posisi itu sudah kosong lama sekali tidak ada yang menjabat. Padahal tugas pokok Satuan kita sebagai Satuan Penerangan Komando, sangat menuntut dan memerlukan orang diposisi itu."
"Terus sambil menunggu Skep Pengusulan Jabatan barumu turun, mulai besok kamu sudah harus orientasi sesuai tugas pokokmu ke depan dan kamu juga sudah harus mulai mengkader penggantimu di bidang anggaran yang sudah saya usulkan juga ke Komando Atas."
"Kamu juga nantinya akan disekolahkan, tapi sebelum itu, kamu juga harus belajar dan memahami dulu keilmuan tugas pokokmu ke depan dari teman-teman media di luar sana yang jadi mitra kita. Jadi siap tidak siap kamu harus siap dan saya yakin kamu pasti siap dan bisa."
"Siap, Komandan."
"Kami siap laksanakan perintah."
Ya, begitulah keputusan yang telah diberikan oleh Komandan Satuan saya pada beberapa tahun silam kepada saya, yang pada akhirnya saya ke depannya harus bertugas mengepalai Bidang Humas dan Media di Instansi Satuan saya bekerja.
Meskipun secara garis Komando, yang namanya pendelegasian perintah seperti itu dari Komandan Satuan dalam Instansi lingkungan saya bekerja adalah kepercayaan yang menjadi keharusan dan wajib saya emban dengan amanah, akan tetapi tetap juga sebenarnya dalam hati ini saya bertanya-tanya, soal kenapa sebab saya harus dirotasi.
Ada apa ini sebenarnya, kenapa kok saya tiba-tiba dirotasi ya, apa salah saya ya, padahal saya sudah nyaman mengepalai Bidang Anggaran, ah pasti ada yang ngadu-ngadu dan bikin hasutan yang nggak jelas ini sama Komandan, pasti ada yang ngincer jabatan saya ini, pasti ada yang nggak suka saya kelamaan menjabat Kepala Bidang Anggaran.
Ya, begitulah toxic thinking yang sempat mampir menjalari benak pemikiran saya, dan cukup wajar juga, karena rotasi jabatan yang saya alami terkesan mendadak alias tiba-tiba.
Nah kayaknya juga sih saya kalau dikaitkan dengan sweet karma, ya ini lah sudah sweet karma saya, soalnya ya saya memang pernah ngerasanin posisi jabatan Bidang Humas dan Media tersebut.
"Ini gimana publikasi dan counter opini Satuan dan Komando bisa bagus kalau enggak ada orangnya, anggaran di keluarin untuk coffe morning, penggalangan dan tetek bengeknya tapi pengelolaannya nggak optimal ya enggak pas lah."
Begitulah rasan-rasan saya waktu itu, dan itu enggak hanya sekali dua kali, sering banget saya rasanin posisi tersebut, eh ternyata justru ke depannya, saya yang akhirnya malah di tempatkan di posisi jabatan tersebut.
Memang kalau belum di jalanin dan beradaptasi dengan job desc baru itu kayaknya memang rasanya berat banget, apalagi kalau sudah terbuai di zona nyaman pekerjaan sebelumnya.
Ya saya lah contohnya, udah rasa nyaman dikerjaan yang selama ini dijalani di Bidang Anggaran, dirotasi ke kerjaan baru, jadi rasa enggak terima dan sudah terbayang beratnya tugas baru nanti.
Tapi ternyata kenyataannya enggak begitu, ternyata pas dijalanin, tugas baru saya lebih asyik, bahkan lebih enjoy, nyaman dan banyak dapat ilmu tentang jurnalistik, apa lagi gegara rotasi ini saya juga bisa menulis artikel dan berita, tambahnya juga saya jadi kenal Kompasiana dan Kompasianers.
Bayangin aja, mana bisa saya dulu menulis, kegiatan menulis itu saya anggap remeh banget, saya memandang bahwa menulis itu hanya kerjaan orang-orang yang kurang kerjaan aja.
Saya bahkan memandang sinis terhadap kejurnalistikan, apalagi kalau melihat perilaku media yang sukanya amplopan, kalau enggak dikasih amplop berita Satuan Komando enggak dimuat dan tayang di medianya.
Dan ternyata semuanya tidak seperti yang saya bayangkan saat pertama kali mendapat mandat dari Komandan, justru karenanya saya jadi bisa menulis dan memahami segi-segi kejurnalistikan serta manfaat lainnya.
![Saat meliput | Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/02/14/img-20200412-wa0003-6028da85d541df70c103baa2.jpg?t=o&v=770)
![Saat meliput | Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/02/14/fb-img-1601647895477-6028dadb8ede4874147a8c42.jpg?t=o&v=770)
Yang kedua saya juga harus berterima kasih pada sweet karma, yah entah dipercaya atau tidak dipercaya, ternyata rasan-rasan saya dulu ternyata kena juga di saya, sweet karma yang berbuah manis dan tentunya mengajarkan banyak hal kepada saya.
Karena saya mendapat pelajaran berharga juga, bahwa rotasi jabatan bukanlah bencana, bukan hukuman, bukan karena kesalahan, ataupun subjektivitas pimpinan dari hasutan orang lain, tapi rotasi jabatan itu memang benar-benar kebutuhan mendesak organisasi, bahwa setiap individu yang ditunjuk mengemban amanah tersebut adalah berlandaskan kepercayaan pimpinan serya berdasarkan nilai dan kualitas.
Bukti selanjutnya juga menunjukan, karena ada kebutuhan yang lebih mendesak lagi dari Satuan tetangga yang sangat memerlukan orang di bidang seni dan hiburan dan ini juga karena saya punya kemampuan di bidang tersebut apalagi saya juga berkecimpung di dunia usaha Radio.
Maka setelah hampir dua tahun saya mengemban amanah mengepalai Bidang Humas dan Media saya harus dirotasi tugas mengepalai bidang seni dan hiburan di Satuan Komando yang baru.
![Bareng rekan di satuan baru | Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/02/14/20191119-150438-6028dbb58ede4822691a6562.jpg?t=o&v=770)
Namun demikianlah sudah konsekuensinya, perintah Komando itu adalah kepercayaan dan harus tetap dijalankan dengan penuh integritas dan rasa tanggung jawab.
Nah, inilah sekiranya secuil kisah sweet karma saya ketika saya harus mengalami rotasi jabatan, semoga saja ada secuil manfaat yang bisa dipetik dari kisah saya ini.
Salam hormat.
Sigit Eka Pribadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI