Hai.
Kalian yang duduk di singgasana bermahligai emas dan bertahta permata itu.
Dengarkanlah maklumat kami.
Akan kami congkel berpasang-pasang bola mata kalian.
Lalu kami kunyah dan telan taktersisa.
Atau.
Kami gelindingkan saja berserak laksana kelereng, hingga teronggok membangkai dimangsa semut.
Pun, gulita melingkupi kalian.
Pun, merontakan perih kalian. Takakan leleh nurani kami mengiba.
Itulah.
Jika murka kami mengubun-ubun.
Tatkala laku polah kalian, membuat sebutir beras pun taklagi bisa kami asup.
Maka.
Berpasang-pasang bola mata kalian, akan terasa gurih jadi pauk pengganjal perut kami.
Itulah sebabnya kenapa.
Jangan sampai kalian lingkupkan sepasang bola mata itu dengan mengatupkan kelopak-kelopaknya, tatkala ketakadilan mendera kami.
Tapi.
Tidak.
Bukan.
Kami tidak dan bukan seperti itu.
Itu hanyalah senda dan gurau belaka.
Sejatinya.
Kami hanya ingin kalian selalu membijak.
Menyenyawakan segenap panca indra dan kasat jasmani melebur dengan ruh kalian.
Selalu membuka mata hati dan menguak kelopak nurani.
Sehingga.
Kalian selalu wawas tentang siapa kami.
Bahwa kami sejatinya ada di antara kalian.
Hai.
Kalian yang duduk di singgasana bermahligai emas dan bertahta permata itu.