Bisa dikatakan benar, bahwa AHY hanya sekedar nekad dan asal-asalan, namun tidak menutup kemungkinan manuver politinya tersebut bukan sembarangan, bisa jadi ada tujuan dan maksud tertentu dibalik manuver politiknya tersebut.
Sebab, kalau melihat bagaimana nyali AHY menuding Moeldoko mau mengudetanya, bahkan turut membawa-bawa Jokowi ataupun pihak istana, patut juga dipertanyakan dan diperhitungkan, ada apa sampai-sampai AHY bisa seberani itu?
sepertinya manuver AHY ini bukanlah sembarangan, sepertinya tidaklah mungkin AHY hanya sekedar nekad dan asal-asalan belaka, tentu AHY punya tujuan dan kepentingan politiknya.
Nampaknya juga, terlepas mau bagaimana pun atau apa pun cara yang ditempuhnya tersebut, sepertinya AHY sedang menaikan posisi tawar dirinya dan menegaskan panggung politiknya di Pilpres 2024.
Setidaknya manuver politik AHY ini, turut menegaskan juga, bahwa posisi Partai Demokrat hingga 2024 mendatang merupakan pihak oposisi bagi pemerintahan Jokowi dan bukan lawan politik yang ecek-ecek yang bisa diintervensi dan diambil alih begitu saja oleh pihak-pihak yang punya kepentingan tertentu di lingkar kekuasaan.
Sekali lagi bagaimanapun dan apapun cara yang AHY tempuh, sepertinya AHY memang sengaja membentuk citra partainya untuk mendapat simpati masyarakat, menyatakan kontestasi terbuka dalam kancah politik, seolah memberi sinyal tantangan, ini loh saya, ini loh kekuatan partai saya, bagaimana dengan kalian.
Bahkan AHY, ingin menunjukkan level dirinya kepada Moeldoko, bahwa dia bukan semudah itu untuk dikalahkan, bukan anak kemarin sore, tidak berani menghadapi Moeldoko, seolah juga dia ingin memberi sinyal perlawanan, lu siapa mul, berani beraninya mau mengudeta saya, oh nggak semudah itu mul, jangan dikira Mayor nggak berani sama Jenderal.
Lalu, benarkah Moeldoko ingin mengudeta AHY dari Partai Demokrat demi kendaraan politiknya di Pilpres 2024, benarkah upaya kudeta tersebut ada udang dibalik batu, ada konspirasi kepentingan, pengambilalihan Partai Demokrat oleh pihak-pihak yang berkuasa dipemerintahan?
Ya, yang jelas, penulis sangat berharap apa yang ditudingkan AHY tersebut adalah tidak benar dan tidak terbukti, segala opini liar tidak terbentuk di ruang publik.
Namun sayangnya, meskipun Moeldoko membantah keras tudingan AHY, tetapi secara gestur politik, mantan politikus Partai Hanura tersebut justru menunjukan kesan tidak menampik bahwa dirinya memang punya kepentingan di Pilpres 2024.
Sepertinya agaklah sulit mengatakan ataupun membantah, kalau apa yang selama ini diperlihatkannya kepada publik justru membentuk opini publik kepadanya, bahwa memang ada niatan Moeldoko mengudeta AHY demi mendapatkan kendaraan politik di Pilpres 2024.