Kanal artikel politik di Kompasiana memang dibanjiri pembaca ataupun viewer, bahkan yang membaca tidak hanya dari khalayak Kompasianers saja, tapi ada khalayak pembaca lainnya di luar Kompasiana selain Kompasianers.
Sebenarnya hal ini merupakan kabar yang cukup menggembirakan di tengah masih buruknya literasi khalayak publik, yang masih minim ketertarikannya dalam hal minat baca.
Apalagi di tengah fenomena minat baca sebagian besar khalayak publik di dunia maya yang sering sekali hanya membaca judul artikel ataupun judul berita tanpa membaca isinya.
Seperti di Medsos misalnya, sering sekali sebagian besar khalayak publik hanya membaca judul tanpa membaca dan memahami apa isi dari artikelnya.
Namun justru berkomentar dengan pongah dan dengan segala kemahabenarannya yang takboleh sama sekali dibantah.
Bahkan komentarnya sama sekali tidak berisi bahkan tidak ada kaitannya dengan isi artikel, karena banyak yang tidak membaca isi artikelnya.
Ya, dengan kebereksistensian para Kompasianers di kanal politik yang sebagian besar artikel-artikel politiknya dibanjiri oleh pembaca, sedikit banyaknya sudah mulai memancing ataupun menarik minat baca khalayak publik, bahwa membaca artikel dan berita itu tidak hanya sekedar membaca judul.
Namun yang sedikit disayangkan adalah, sebagian besar artikel politik di Kompasiana yang mulai memancing minat baca tersebut, masih belum bisa dikatakan mampu mengedukasi khalayak publik.
Nah di sinilah sejatinya yang perlu jadi catatan pentingnya, ketika sebagian besar artikel-artikel politik di Kompasiana sudah mulai bisa membangun ketertarikan minat baca khalayak publik.
Maka sejalan itu jugalah seyogianya yang elegan itu adalah, artikel-artikel politik tersebut bisa semakin meningkat pula dalam hal mengedepankan mutu dan kualitas, sehingga mampu mengedukasi publik.